Wanita yang Akhirnya Aku Panggil Mamah

Ya, setelah menikah di tanggal 12 Agustus 2018 lalu. Kini orang tua aku bertambah, aku sebut bukan sebagai mamah mertua, tapi murni mamah.
Mamah yang belum lama aku mengenalnya, namun dalam kurun waktu kurang dari beberapa bulan terakhir ini banyak memberikan kontribusi yang masya Allah. Aku saja membayangkan sebagai anak muda tercengang dengan segala skill dan kesabarannya.
Dari rasa kasih sayang yang begitu tulus terpancar dalam penerimaan aku bukan sebagai menantunya, namun benar sebagai anak.
Bahkan saat selesai proses ijab qobul, mamah memelukku seraya berkata,
"Jangan panggil ibu lagi ya, panggil aja mamah. Adys udah jadi anak mamah."
See, dengernya aja aku tuh ga sanggup buat ngambil tisu banyak-banyak karena saking terharunya. Betapa besar rasa penerimaan beliau terhadapku. 
Yang menjadi hal inspiratif dalam sosok mamah, adalah kebaikan dan kemurahan hatinya. Sungguh, jika ia mampu dan waktunya longgar, dengan segala kesediaannya untuk membantu dan hadir bagi orang-orang yang membutuhkan bantuannya.
Begitupun saat persiapan seserahan pernikahan aku. Aku tidak perlu repot-repot atau mencari vendor hias seserahan, karena mamah meng-handle nya sendiri dan hasilnya lucu banget, dan aku suka.
Dan yang membuat aku semakin bersyukur mempunya mamah adalah mamah jago banget masak. Dengan umur yang sudah tidak lagi muda, namun semangat untuk terus belajar dan mengasah skill dilakukan mamah. Masakan mamah terkenal enaknya dan membuka pesanan catering juga ketika waktu hari Minggu di CFD, Mamah dan Ayah berjualan gudeg mercon yang enaknya gak kalah sama gudeg khas Jogjakarta.
Sampai myang membuat aku terkesan adalah sup ikan buatan mamah yang endeus dan lezatos pokoknya.
Doakan kami selalu sebagai anak mamah yang insya Allah akan terus mendoakan mamah juga dan utamanya semoga kami tidak merepotkan. Love you mamah.

Tidak ada komentar

Posting Komentar