Pict hanya pemanis |
Hai haaaaai, kali ini aku mau sedikit share tentang pengalaman dalam berkomunikasi. Dalam keseharian kita, tentu saja komunikasi ini ngga pernah lepas, bukan? Contoh simple nya, dalam hubungan berkeluarga, cara kita berkomunikasi dengan orang tua, adik bahkan yang sudah menikah, berkomunikasi dengan suami dan juga keluarga suami yaitu mertua dan ipar.
Kalau sadar, kita sudah langsung mengasah skill komunikasi kita dalam keseharian. Namun, sering banget kan dengar dikit-dikit ngomongin misskomunikasi. Katanya sih gitu, tapi memang benar sih. Salah persepsi terhadap lawan bicara kita, jadinya baper, ngga enakan dan memendam sesuatu. Padahal, mungkin saja maksud dari lawan bicara kita ngga seperti itu, tapi cara mengkomunikasikannya aja yang ngga bisa kita terima atau kita ngga terbiasa.
Jujur aja, karena pengalaman pindah-pindah daerah, aku jadi sadar betul bahwa komunikasi ini harus jelas dalam penyampaian artikulasinya, efektif yaitu to the point tidak bertele-tele dan menggunakan jenis bahasa atau pemilihan kata yang tepat sasaran kepada siapakah kita berbicara. Mungkin karena pindah-pindah tempat tinggal, lalu jadi anak rantau, mengajarkan aku gimana penyampaian bahasa yang enak dan sesuai kultur setempat.
Tipikal tanah sunda dan tanah jawa sebenarnya sama sih, halus, lembut tapi terkadang suka sarkas, haha. Dan berbeda ketika aku menikah dengan suami yang ada darah Betawi asli, aku sempat kaget, kalau komentar tanpa tedeng aling-aling, haha, tapi sekarang udah biasa banget. Mamahku aja sempat kaget pas dengar dari telfon kalau suami dan pakmer lagi berbincang-bincang, dikiranya kok kayak lagi berantem. Aku bilang, engga mah itu lagi pada bercakap-cakap, memang suaranya kencang haha.
Lalu masuk ke dunia kerja yang membutuhkan skill komunikasi ngga hanya sebatas dalam keseharian kita. Komunikasi yang simple tapi singkat sehingga memudahkan atasan kita yang memiliki banyak urusan bisa menangkap maksud team nya atas sebuah kondisi atau permasalahan, tentu mereka ngga punya banyak waktu untuk ngurusin kita doang. Dalam dunia kerja sebagai Brand Executive kemarin, membuat aku melatih skill komunikasiku.
Baca Juga: Pengalaman Bekerja Menjadi Brand Executive
1. Komunikasi dalam menyampaikan report atau progress pekerjaan
Karena atasanku kemarin itu adalah warga asing, setiap penyampaian report selalu menggunakan english. Walaupun beliau sendiri meminta untuk team menggunakan Indonesia aja ngga apa-apa, karena dia pun sedang mengambil kelas Bahasa. Dalam presentasi ini, yang perlu dilihat kita ngga bisa menyampaikan dalam bentuk teks, kita harus paham dengan apa yang mau kita sampaikan. Point penting apa yang mau kita utarakan lalu masalah apa yang terjadi dan menyampaikan beberapa alternatif solusi, sehingga atasan nantinya akan berpikir solusi terbaik atau ada masukan dari beliau.
2. Belajar menyampaikan pendapat di forum
Waktu full time lagi, aku banyak banget belajar dan jadi diminta untuk mengambil banyak kelas-kelas untuk upgrade berbagai macam skill, terutama skill komunikasi ini. Saat sedang meeting, usahakan jiwa raga kita ada disitu, sehingga semua pembahasan dapat kita mengerti dan membuat adanya kerangka berpikir. Ngga lama, pasti kita menjadi kritis dan akan menanyakan atau menyampaikan suatu pendapat.
3. Komunikasi non verbal
Sebagai brand executive yang merangkap dalam berbagai peran, haha. Membuat aku belajar berkomunikasi by chat yang harus clear, tidak bertele-tele, tidak blunder dan tetap harus sopan happy kiyowo. Komunikasi dengan para manager atau kepada KOL langsung, mengajarkan bahwa chat sekarang ini bisa menjadi bukti yang kuat ketika terjadi suatu permasalahan, makanya kalau sekarang itu mengetik hati-hati banget, karena bisa jadi boomerang pada suatu saat nanti.
Dan komunikasi dengan berbicara langsung. Aku ini ternyata masih harus banyak belajar untuk berkomunikasi secara langsung, dengan melatih IG Live di akun sosmed brand atau menjadi MC saat membawakan webinar. Atau event besar dan aku terlibat di dalamnya sehingga harus berkomunikasi dengan pelanggan secara langsung seperti pameran kemarin itu.
Semakin kesini aku jadi sadar bahwa skill komunikasi ini sangat-sangat penting, puncaknya adalah kita bisa terlihat santai dan terbiasa berbicara kepada siapapun. Untuk pekerjaan yang sekarang ini, aku dilatih untuk berhadapan dengan influencer dan tak jarang bertemu dan berkolaborasi dengan artis tanah air untuk sebuah campaign. Melatih skill komunikasi, agar tercipta percakapan yang mengalir, tidak terlihat SKSD atau sotoy, ini perlu latihan, dan sampai saat ini aku masih harus banyak belajar.
Komunikasi yang paling penting adalah komunikasi di rumah, bersama suami. Aku makin kesini sadar banget akan sikap suamiku, type nya gimana dan harus di treat kayak gimana. Kalau aku nilai, komunikasi suami itu lebih oke, karena dia kalau menyampaikan sesuatu itu langsung to the point, tegas dan jelas. Kadang dia suka komplain ke aku, kalau aku berurusan dengan CS suatu brand misal WiFi karena internet error, suka wanti-wanti, pikirin dulu apa yang mau diomongin, jadi pas konek, kita udah langsung sampaikan maksud kita dengan lancar.
Oiya, aku belum cerita kalau skill komunikasi waktu kerja di kantor yg di Bandung, lebih ngajarin lagi gimana kita menyampaikan rules kepada team kita, karena waktu itu aku menjadi supervisor produksi dan challenging banget ada team 11-13 orang di lantai produksi. Menyampaikan dengan bahasa yang mudah dimengerti sehingga dalam pelaksanaan di lantai produksi tidak ada miss atau kesalahan. Pokoknya skill komunikasi kayaknya pelajaran yang dipelajari seumur hidup sih. Kalau dari teman-teman ada yang mau share cerita soal melatih komunikasi skill ini, boleh banget cerita di kolom komentar ya!