(Source: shutterstock.com) |
Latar Belakang Kebaikan
Tak hanya itu saja, dalam kepeduliannya kita ini pada kondisi mereka, kita terlahir sebagai makhluk sosial yang pasti ada rasa tergerak untuk mau membantu orang lain. Sebenarnya, tidak ada batasan mau membantu yang seperti apa. Ada banyak sekali jenis-jenis bantuan yang bis kita berikan kepada mereka. Bahkan, menurut aku tidak untuk teman-teman yang dalam keadaan seperti diatas saja, ketika sedang melakukan perjalanan dan bertemu dengan nenek yang membutuhkan pertolongan untuk menyebrang jalan, pastinya aku tergerak membantunya. Dalam membantu ini menurut aku dekat banget sama menebar kebaikan dan tidak ragu untuk berbagi apa yang kita bisa lakukan untuk orang lain. Bukankah kita sebagai manusia diperintahkan untuk menjadi sebaik-baiknya manusia dengan menebarkan manfaat kepada sesama?
Gerakan Kebaikan Harus Dimulai dengan #JanganTakutBerbagi
Lewat hal itulah, jika ada semacam feeling guilty dengan keberatan berbagi hanya karena terbatasnya financial kita, masih banyak kok jalan berbagi nya bukan dalam bentuk materiil saja. Ketika berbagi kebaikan dengan berkata baik dan santun kepada orang yang lebih senior dari kita, mendengarkan dengan aktif tentang cerita dari kedua orang tua kita saat mengobrol ini adalah sebuah bentuk berbagi nya aku kepada mereka. Dan secara tak sadar aku semakin bersemangat ketika mulai menuliskan kejadian-kejadian untuk diambil hikmah, selain berkuliner dan menuliskannya diblog ada yang berkomentar mengucapkan terima kasih karena telah menuliskannya dan dia merasa terbantu akan tulisan itu. Jadi berbagi itu maknanya luas banget ya sobat muslimah.
(Institut Kemadirian-Dompet Dhuafa. Dokpri) |
Dan hari ini aku berkesempatan buat menghadiri press briefing dengan Yayasan Wakayapa yang dikelola oleh Dompet Dhuafa dalam memberdayakan anak-anak dhuafa untuk memiliki kesempatan yang sama dalam dunia enterpreneur. Pertama kali datang, dan jarak dari rumahku cukup dekat bisa terjangkau oleh ojol. Sesampainya disana, aku masuk melalui pintu depan gerbang Institusi Kemandirian (IK) dan jalan menuju ke gerbang belakang dimana Yayasan Wakayapa ini berdiri. Aku langsung disambut dengan hangat oleh para teman-teman dari Dompet Dhuafa dan melihat-lihat skill apa saja yang dikembangkan disini.
(Sentral Latihan Usaha Kemandirian-Wakayapa. Dokpri) |
Tak lama, acara pun dimulai bersamaan dengan turunnya rohmat Allah dalam bentuk hujan dipagi hari menjelang siang itu. Ternyata udah 26 tahun yg lalu Dompet Dhuafa ini berdiri dan bersamaan dengan Yayasan Wakayapa sebagi pengelola pertama kali yang membuka kelas dan program keahlian kemandirian.
Program #JanganTakutBerbagi Dompet Dhuafa
(Para Narasumber Dompet Dhuafa. Dokpri) |
Bapak Yuli selaku Direktur Mobilisasi ZIS Dompet Dhuafa, mengatakan bahwa saat ini akan melakukan pendekatan kepada kaum millenial karena sebagian besar donatur tersebut, menyalurkan dari kalangan anak-anak muda. Kisarannya diumur 21 tahun ke atas yang secara keuangan sudah memperoleh melalui kemandrian (bekerja), sehingga mencapai nisob untuk mampu berzakat. Ada pula undangan untuk anak-anak sekolah, untuk sharing dengan kegiatan kemanusiaan apa aja yang ada di lokasi bencana.
Menyambung dengan ulasan tentang memerlukannya pendekatan kepada kaum millenial dalam program ini juga, Ibu Etika Setiawanti selaku GM Marketing Komunikasi Dompet Dhuafa mengatakan pentingnya perkembangan digital dalam dunia ZISWAF ini begitu besar dan harus terus digencarkan. Dan ketika Ustad Syahroni mengutarakan sedikit sejarah dari Yayasan Wakayapa ini, apa yang ibu Etika sampaikan semoga terealisasi menjadi sesuatu yang gemilang nantinya. Aamiin.
Pada kesempatan ini Ustad Syahroni yang merupakan anak asuh dari Alm. Bapak Amir Batubara menceritakan secara singkat bagaiman Al. Bapak Amir ini mewakafkan lahan dan bangunan Institut Kemandirian untuk Dompet Dhuafa pada tahun 1988. Mendengar ceritanya, sungguh mulia perjuangan Alm. Bapak Amir ini untuk bisa terus merangkul teman-teman yatim dan juga dhuafa untuk terus menggali potensi dirinya hingga bisa mandiri, membuka lapangan kerja sendiri dan menjadi enterpreneur yang berakhlaqul karimah.
Sehubungan dengan program kemandirian tersebut dari tahun 88 itu program-program yang dulu dilakukan, juga tetap diteruskan seperti di institusi kemandirian sekarang ini diantaranya:
1. Kelas Komputer/IT/Design Grafis-Institut Kemandirian
(Tampak Depan. Dokpri) |
Untuk proses pembelajarannya disini sistemnya asrama dengan proses belajar dari jam 9 hingga 4 sore beserta jam isoma selama satu jam. Butuh waktu 3 bulan, para pembelajar disini berproses hingga pada nantinya akan melakukan magang pada beberapa institut atau perusahaan yang sudah bermintra dengan Dompet Dhuafa.
(Kondisi kelas. Dokpri) |
(Ketika mendesign. Dokpri) |
2. Phone Cell Room
(Tampak Depan. Dokpri) |
Atau lebih dikenal dengan output nantinya berwirausaha penyedia layanan service handphone dan juga smartphone. Di kelas ini, durasi belajarnya yang paling singkat karena hanya 2 bulan saja dan 1 bulan dipakai untuk magang dan kelanjutannya mencari peta minat, apakah membuka lapangan pekerjaan sendiri seperti para alumni yang sudah lulus disini. Dan kelas kemandirian ini berbatas ya, hanya menerima 10 orang saja dengan syarat dan ketentuan seperti berasal dari kaum dhuafa (meminta surat keterangan RT setempat).
(Di dalam Ruangan. Dokpri) |
(Bentuk Target Promosi Para Alumni. Dokpri) |
(Alatnya pun sangat mumpuni lho disini. Dokpri) |
3. Kelas Fashion and Design
(Merupakan alumni 2008. Dokrpi) |
Yang dipelajari disini adalah fashion pria dan wanita juga anak. Untuk wanita pada tunik, gamis syar'i dan rok A line. Untuk Pria pada kemeja dan pakaian untuk anak-anak.
(Gambaran betapa minat untuk mengasah skill kemandirian. Dokpri) |
Perbedaannya dengan BLK adalah, disini ditanamkan budi pekerti dan
akhlaqul karimah (karakter building) sehingga mengerti bagaimana etika dalam bekerja dan
berhubungan dengan rekan kerja nantinya. Setelah proses magang dan
sebelum masuk pada dunia pekerjaan, akan diadakan baksos berupa pameran
disebuah tanah lapang dalam memperlihatkan hasil karya teman-teman semua
disini.
4. Salon Muslimah dan Potong Rambut Pria
(Salon Muslimah. Dokpri) |
(Make Up Artist-Dokpri) |
Untuk make up nya juga ada lho, dan salah satu siswa disini mengatakan tingkat kesulitan dari make up itu adalah saat pembentukan alis dan juga menghias daerah mata. Aku liat proses membuat alisnya, mereka udah pada jago lho. Keren ya!
(Teman-teman dari Salon Muslimah. Dokpri) |
(Rapih kan hasil potongannya. Dokpri) |
Dan sama hal nya dengan pria, inginnya pasti melakukan potong rambur dengan sesama pria juga kan. Nah disini udah ga ada streotype kalo tukang cukur rambut itu berasal dari Garut. Di Institut Kemandirian ini bener-bener di latih dan menjadi pencukur rambut yang handal.
5. Otomotif
(Jadi nostalgia kalo liat workspace gini hehe. Dokpri) |
Wah makin keren dengan skill otomotif ini, banyak alumni yang keterima di perusahaan asing berbasis otomotif. Aku ketika mendengar semua penjelasan ini begitu merinding, karena semangatnya mereka itu bener-bener nyata dan sampai pula ke hati kami yang mengunjungi IK hari ini.
(Mba Nency-Selebgram. Dokpri) |
Tak kalah pentingnya adalah selalu tidak meragu-ragukan usaha berbagi kita dalam bentuk apapun, sama seperti yang disampaikan oleh mba Nency selaku selebgram yang telah memiliki bisnis parfum ini. Beliau juga memiliki komunitas semacam squad gitu, yang mana rata-rata melakukan infaq di Dompet Dhuafa. Dalam kesempatannya ini, mba Nency juga mengajak untuk jangan merasa tidak memiliki apa-apa, padahal masih ada yang keadaannya lebih berat dari kita dan tidak ada salahnya untuk berbagi.
(Yuk, jangan takut berbagi ya. Dokpri) |
Sekian perjalanan menggugah jiwa dan iman aku pada hari ini, karena secara tidak langsung tersadarkan bahwa buat apa mengeluh ketika kita mampu meniadakan keterbatasan kita, asal kita mau. Dan aku berharap semoga kondisi bangunan di atas tanah Yayasan Wakayapa ini bisa dipungar dengan merenovasi kesesuaian dan kenyamanan siswa-siswa nya.