(source: shutterstock.com) |
Pernah ga yang setelah melewati fasetidak ditanya-tanya lago soal kapan punya pasangan kini beralih kepada pertanyaan "kapan punya anak?". Nah gue lagi ada di fase ini gengs, jadi kalo ada yang merasa "dih baper amat sih cuma ginian aja di bahas-bahas diperbesar menjadi hal yang "iya banget harus di share".
Heloooow, setiap insan di muka bumi ini pasti punya jalan qodarullah masing-masing. Kapan dia menikah, kapan dia punya anak, sebanyak apa rezeki nya dan kapan ia mati. Kok aku bingung, ya jarang yang tanya kapan mati tapi sering banget tanya kapan nikah dan kapan punya anak? Padahal porsi nya sama lho, yang ditanyakan itu adalah soal pertanyaan kedatangan, kapan datangnya jodoh, kapan datangnya amanah anak dan kapan juga datang malaikat maut yang kelak mencabut nyawa kita. Tapi sehobi itu sampai jadi habit setiap lebaran yang juarang banget kumpul keluarga, jadi topik terhangat.
Penting ya tanya soal pertanyaan kedatangan?
Kayaknya menjadi sebuah budaya yang terus-menerus gitu dipertanyakan, heran juga sih aku. Karena jujur aja, aku gapernah tanya-tanya ke orang kapan dia punya anak bahkan lebih parahnya lagi case nya udah tanya kenapa belom punya anak? Iya kalo bentuknya pertanyaan itu adalah sebuah proses kayak bikin buku tabungan, bisa langsung jadi dan terlihat prosesnya. Lah ini soal kedatangan anak? Ya ampuuuun, di bulan ke 10 pernikahan aku ini, aku sudah mulai mendapati pertanyaan yang semakin lama membuat aku merasa ya kesal aja. Walaupun, dalam hati terdalam berupaya untuk terus positif thinking karena yang nanya artinya perhatian banget ke aku dan mendoakan juga agar disegerakan.
Menurut aku kadar pentingnya pertanyaan ini bagi yang baru saja menikah merupakan hal yang sensitif. Wahai sodara-sodara semua, tahukah bahwa kondisi mental seseornag ketika sebelum berada pada fase pernikahan dan beberapa bulan melewati hari-hari bersama pasangan halalnya itu tidak selalu indah-indah bukan? Ada saja hal-hal yang kita gatau dan ditambah dengan pertanyaan yang menurut aku kadarnya udah sok tau dan memaksakan sebuah proses kalo "lo udah nikah ya artinya lo segera ada anak, kalo belom ada ya berarti ada sebuah tanda-tanda gaberes".
Oke-oke, gue terima semau masukan tadi, tapi umur pernikahan gue itu baru 10 bulan, di tambah kebersamaan serumah dengan suami ini baru di awal November 2018, karena sebelumnya kami LDR. Dan aku juga sudah terpikir untuk melakukan beberapa step ketika hilal momongan ini belum tampak. Perihal berdoa dan berikhtiar, insya Allah sudah kami mantapkan bersama-sama suami, karena kita satu misi untuk tidak menunda momongan dan ketika Allah belum beri, ya artinya ada sebuah hal pelajaran untuk kita berdua selesaikan dulu agar kedatangan anak nanti disambut dengan penuh suka cita.
Semakin banyaknya spekulasi
Begitupun dengan akunya sendiri yan berdampak jadi suka merasa sedih aja gitu, kok belum kok belum, padahal kalo suami nasehatin jangan jadi beban pikiran diri kita sendiri yang nanti malah berpengaruh. Tuh kan udah keliatan dampak dari pertanyaan itu aja bisa jadi menghambat rasa bahagia untuk sebuah proses ikhtiar memiliki momongan. Dan ini efeknya ga hanya ke aku aja, ke mamahku yang di rumah, mana sendirian ditambah pertanyaan yang sejujurnya bukan aada atas kendalinya dia sendiri, makin tambah bingung. Begitu juga dengan mamah mertuaku disini, ketika berinteraksi dengan beberapa orang, menggelontorkan pertanyaan serupa membuat aku kasihan karena pasti orang tua mengingkan segera menimang cucu.
Jadi kepada semuanya, yang udah lama gapernah ketemu, yuk makin cerdas untuk tidak mempertanyakan soal kedatangan ini, karena ketika tiba fase nya di diri kamu kelak, ya ini tuh menyakitkan lho. Bisa diubah dnegan pertanyaan seputar kesibukan apa yang sdang digeluti sekarang atau rencana pernikahan untuk bulan madu lagi, kan enak. Adapaun gatel nih pengen kepo banget kenapa belium juga ada anak, bisa dengan bahasa dan obrolan yang sangat diperhalus. Dan ini terbukti sama teman-teman terdekatku dan aku merasa tidak terintimidasi, karena pokok bahasannya lebih ke keluhan apa yang sedang aku rasain dan ada penawaran untuk mencoba terapkan clean eating dan olahraga yang rutin juga soal waktu berhubungan mungkin saja kita sama-sama lelah.
Bukan maksud mengelak atas keadaan
Hei, maksud aku curhat dan menjelaskan melalui blog ini karena aku ingin kita berinteraksi lebih dalam karena banyak lho orang-orang diluar sana yang punya masalah lebih berat terkait ikhtiarnya untuk memiliki momongan dan makin terpuruk karena datangnya pertanyaan ini.
Aku mencoba berdamai dengan diriku sendiri, bukan dalam arti mengelak atas keadaan karena aku yakin Allah ga akan dzalim kepada hamba-Nya kok dan memnag belum saatnya saja, karena ada buanyaaaak hal diluar kendali yang mungkin harus aku selesaikan, karena hadirnya buah hati adalah sebagai penyejuk hati ayah bunda nya tentu tidak ingin masuk dalam pusaran yang masih belum stabil. Dan hal ini ga mungkin di gembar-gemborkan ke orang banyak kan, ya kita cerdas-cerdas ajalah buat menganalisa apakah pertanyaan itu pantas apa tidak dilayangkan kepada orang tersebut.
Apalagi, menurut aku kalo orang yang baru ketemu sekali trus udah tanyanya kayak aku itu menunda-nunda untuk memiliki momongan, wah ini aku merasa seperti teriris tapi tidak berdarah. Ya karena keluarga terdekat aja (yang inti) tidak sebegitu mengejar-ngejar seperti deadline kerjaan akan hal ini, karena sekali lagi, ini bukanlah soal menang-menangan. Yang belum ada momongan berarti lebih kalah dari yang sudah ada momongan, kayaknya gitu kalo aku liat dari motif hadirnya pertanyaan ini.
So. tujuan tulisan ini dibuat karena jujur aja aku kadang gabisa menjelaskan panjang lebar kenapa belom ada anak ini. Jadi respon aku hanya bisa tersenyum dan mohon doanya aja semoga disegerakan pada waktu yang tepat. Yuk, makin cintai diri kita, orang lain dan orang-orang yang ada disekeliling kita untuk tidak menanyakan soal kedatangan. Terlebih soal jodoh, momongan karena ini sama sama dengan maut yang menghampiri kita sudah tertulis di lauful mahfudz. Tetap semangat yang sedang menanti momongan yaa, salam sayang dari aku dan mohon maaf jika ada kata-kata yang menyinggung karena tujuan tulisan ini dibuat hanya untuk sharing dan menguatkan dengan teman-teman yang mungkin punya kondisi yang sama seperti aku.