Kecelakaan itu Menjadi Titik Balik

Singkat cerita, pasca proses ta’aruf selama kurang lebih satu minggu, ketika pak Patmo bertanya bagaimana aku mau lanjut untuk proses selanjutnya, aku sudah tau jawabannya setelah pulang dari Cafe itu dan lebih dimantapkan di setiap sujud-sujud aku bersimpuh pada Allah. Aku minta pada Allah untuk diberikan jodoh dunia akhiratku yang bisa membawaku menuju ridho Allah dan semakin dekat dengan Allah, menyempurnakan separuh agama ku melalui pernikahan.
Drama demi drama yang telah aku lewati dari waktu ke waktu sudah cukup membuatku tersadar bahwa tidak ada yang lebih berarti selain perbaikan diri secara terus menerus dan mencari ilmu yang belum kita ketahui. Juga dengan memperbanyak jaringan atau relasi adalah bukan perkara untuk dipertemukan dengan jodoh terbaik. Namun, lebih untuk memantaskan diri saat Allah sudah menuliskan bahwa pada waktu inilah kita akan bertemu dengan jodoh kita dan sudah sejauh apa pengalaman hidup kita untuk dijadikan bekal untuk kehidupan pernikahan kita nanti.
Dan yang aku pikirkan dari akhir-akhir itu adalah secercah ketakutan-ketakutan dari segala bentuk jenis pikiranku yang melayang dengan hebatnya, seperti ketakutan untuk membangun kebersamaan dengan orang yang baru kita temui, dan bagaimana ketika kita melihat keburukan pasangan kita lebih dari yang tidak kita sangka-sangka, juga terhadap masa lalu aku yang terus menggelayuti dan rasanya kelu untuk diceritakan kepada abang.
Pada suatu malam aku bercerita panjang lebar hingga aku menangis untuk bisa menerima diri aku apa adanya ini, lengkap dengan bagaimana cerita masa laluku dan setelah aku cerita lengkap tanpa ada yang aku tutupi sedikitpun, ia dengan nada suara yang masih stabil mengatakan bahwa masa lalu adalah bagian dari hidup yang tidak bisa dihilangkan walau bagiamanapun besarnya usaha menghilangkannya dari ingatan. Ia sanggup menerima aku apa yang ada saat ini beserta masa lalu aku sebagai bukti bahwa aku pernah ada di kondisi saat itu dan lebih untuk semakin meyakinkan dirinya membersamaiku kelak nanti.
Aku pun terus menggali apa-apa yang tidak aku ketahui tentang dirinya, hingga pada suatu hari di Jum’at sore, saat aku sedang bersiap untuk mengaji setelah Isya seperti biasa di masjid dekat dengan Transmart Cimahi dan sebelumnya ada kajian yang rutin diadakan di aula Rabbani DU dari Great Muslimah oleh teh Pepew yang bertema “Serius terhadap Allah”.
Rasanya daging banget bisa ikut materi itu di sore hari itu. Setelah mendapat banyak insight baru dari kajian tersebut aku lepas pulang dan bersiap untuk solat magrib di Masjid pinggir jalan di daerah gunung batu. Disana aku berkabar pada mamah yang posisinya sedang menjenguk adik di Yogyakartan dan juga abang yang aku infokan aku sedang selesai solat dan bersiap untuk mengaji di mesjid dan mengejar solat Isya.
Mungkin saja di jalan aku sedikit melamun atau seperti apa aku tidak begitu mengerti juga, yang jelas saat sampai melewati batas JPO daerah Cibabat, yang saat itu sedang kondisi hujan rintik dan sedikit gerimis, seingatku melaju dengan kecepatana 40km/jam dan tanpa di sadari, di depan aku ada seorang ibu-ibu dengan menggandeng seorang anak masih SD kelas 5 mungkin dan kondisi menyebrang dengan lalu lintas yang sebelumnya sedikit padat dan tidak mungkin aku melaju dengan kecepatan yang lebih dari 40km/jam. Dengan panik dan kaget, aku langsung mengerem secara mendadak dan membuat motorku tergelincir ke kanan dan motorku lepas dari tubuhku sekitar 100m dan daguku terasa panas karena terseret aspal.
Di belakangku telah siap dua orang teteh-teteh yang membopongku menuju tepian sedangkan aku masih menangis dan besar harapanku untuk di tolong oleh ibu tadi, namun nihil tidak ada yang kembali kecuali teteh yang menolongku dan pak satpam bank BJB yang mencoba men-starter motorku namun karena kondisi masih ON, motorku terseret beberapa ratus meter lagi.
Rasanya saat itu, aku antara hidup dan mati, berusaha mengkondisikan pada saat aku masih di alam dunia atau tidak dan aku dipastikan untuk tidak terlalu panik karena daguku terus menerus mengeluarkan darah dan tak terasa khimarku telah dipenuhi oleh darah dan aku udah tidak mempedulikan bagaimana khimarku yang terpaksa harus aku lepas sedikit agar daguku bisa dibersihkan oleh P3K. Dan kaki kananku rasanya sangat sakit untuk dipakai berjalan, dan yang aku takutkan adalah patah tulang. Setelah aku diamankan di pos, aku pun di beri minuman hangat dan diminta untuk menghubungi keluarga. Yang aku hubungi adalah adikku, mba Eni lalu abang. Selebihnya aku tidak bisa berpikir banyak-banyak. Aku menelfon adikku untuk tidak banyak bicara ke mamah dan mengabari kondisi aku setelah aku selesai di jahit di rumah sakit saja. Setelah mba Eni tiba di Pos, aku hujan-hujan di bawa ke rumah sakit dengan teteh-teteh yang sampai sekarang aku tidak tau namanya, dan aku banyak berdoa kepada Allah untuk selalu dimudahkan dalam segala urusan terbaiknya karena telah berbesar hati untuk menlongku sampai aku masuk rumah sakit, padahal aku tau mungkin saja teteh itu pulang dari kuliah atau aktivitas apapun yang menguras tenaga dan harus menungguiku hingga mba Eni tiba di rumah sakit. Saat aku menelfon abang, ia memintaku untuk tenang dan tidak panik sedangkan aku merasakan sakit di seluruh tubuhku terutama kaki kananku yang terasa tidak bisa di tekuk. Dan tak lama berselang, aku mendapat telfon dari Ibu nya abang yang mengabarkan bahwa saat ini mereka sedang menunggu abang untuk nanti otw ke Bandung. Rasanya aku terharu dan sedikit bahagia selain aku mendapat pertolongan dari Allah di kala aku sedang mendapat cobaan.
Aku langsung menelfon papah selang setelah operasiku selesai sekitar pukul 09.30 malam. Papah terdengar kaget dan begitu khawatir, hingga tak kuasa sudah berapa tetesan air mata ini yang banjir hingga apada akhirnya aku diminta untuk lebih berhati-hati karena papah tau aku sedang dalam proses menuju pernikahan sehingga ada saja cobaan yang aku terima nantinya.
Setelah operasi itu selesai, aku dan mba Eni, lucunya tidak membawa uang lebih di dompet yang hanya ada 150 ribu, dan saldo di ATM ku tinggal saldo tersisa saja. Hingga akhirnya meninggalkan KTP dan motorku juga di titipkan pada bank BJB yang akan di ambil esok saat pulang kerja oleh mba Eni.
Setelah selesai dan lain-lainnya, aku untuk makan malam saja tidak sanggup menguyah makanan dan hanya bisa masuk 5 suapan sendok, karena dagu bekas jaitan terasa sangat ngilu. Dan aku akhirnya berusaha terlelap setelah merasakan sakit kepalaku mulai reda dan aku sedikit terisak mengingat kejadian beberapa jam yang lalu. Sampai aku terbangun karena HP ku berbunyi yang mengabarkan abang sudah berada pada Alfamart yang sesuai dengan share loc dari Whatsapp, dan aku dengan masih mengumpulkan nyawa, mengatakan,
“Em, itu bukan kesitu, harusnya dari pertigaan RS, kamu masih lurus sampai nemu Masjid sebelah indomart dan masuk ke gang. Setelahnya, aku masih berusaha berdiri dari tempat tidur dan rasanya badanku remuk seremuk-remuknya, kaki aku sakit banget dan memaksakan untuk kedepan dan melihat dari kejauhan abang menaikkan portal yang masih ditutup, aku sedikit tertawa, terkikik.
Dan ibu saat setelah membuka pintu, langsung memeluk aku gitu. Kan jadi terharu ya aku nya, apalagi pas saat-saat sakit gini, rasanya melow gak ada habis-habisnya gitu kan.
Aku masih saja shock dan kaget dengan kecepatan rangkaian kecelakaan ini dan masih banyak bersyukur aja, Allah begitu sayangnya sama aku. Memberi teguran dengan lembutnya, dengan cara Allah yang indah.
Dengan cara-Nya, aku merasa abang adalah serangkaian jawaban yang selama ini aku tunggu.

18 komentar

  1. Jalan menuju halal selalu di dalamnya terdapat banyak pelajaran

    BalasHapus
    Balasan
    1. ya, karena pelajaran tidak hanya di sekolahan saja :)

      Hapus
  2. Lika liku jodoh emang misteri ya teh.. baca yg keseret motor itu aku linu bayanginnya teh :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. seperti misteri illahi ya teh. Tapi beneran deh, kecelakaan jadi bikin kita banyak-banyak bersyukur dan instrospeksi

      Hapus
  3. Kebayang waktu jatoh nya teh, dan keriweuhan setelah nya.. Ternyata banyak hikmah di setiap kejadian ya teh

    BalasHapus
    Balasan
    1. selalu bun, selalu banyak hikmah yang kita kadang gatau pas lagi kejadian :)

      Hapus
  4. MaasyaAlloh slalu ada hikmah dlm tiap kejadian ya teh

    BalasHapus
    Balasan
    1. alhamdulillah teh, kayak sebuah qodarullah Allah k aku :)

      Hapus
  5. Jadi inget waktu tabrakan 😅 udah deh,, pasrah banget.. Yang bisa aku lakukan cuma manggil2 mamah sama bapak sambil nangis 😢 astagfirullah.. Ternyata alloh masih memberi kesempatan saya untuk hidup yang lebih baik.. Bener kata teh fezza "slalu ada hikmah dalam setiap kejadian" ..

    BalasHapus
    Balasan
    1. bener banget teh :( disitu cuma keinget apa yang udah aku lakuin selama ini di dunia dan masih ada kesempatan hidup itu amazing banget :(

      Hapus
  6. Teteh. Aku ikut ngilu ngebayanginnya. Insyaa Allah selalu ada hikmah dibalik cobaan yah teh..

    BalasHapus
  7. Akupun selalu berdoa tiap kali naik motor semoga selalu diberikan keselamatan oleh Allah s.w.t
    Krna bbrp kali liat yg kecelakaan motor depan mata banget 😭

    BalasHapus
  8. Ya Rabb aku nyur nyur ikut bayanginnya :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. pas lagi jatuhnya mah ga kerasa teh ra, pas udahannya beuh ngiluuu :(

      Hapus
  9. Sedih bacanya sekaligus ngiluu.. huhu.. mrembes mili aku..

    BalasHapus
  10. jangan nnagis moommmmm. Tapi sedihnya dan ngeri waktu itu tuh masih suka keinget-inget :(

    BalasHapus