Bisnis Sukses Luthfia Fataty dengan Pyo Jewelry


luthfia-fataty-pyo-jewelry
Source: nu.or.id

Siapa yang tidak mengenal perhiasan. Dewasa ini perhiasan selain menjadi bagian dari aksesoris untuk mix and match pakaian, bahkan sejarah perhiasan dari masa lampau sangat memberikan ciri khas terutama bagi bangsa Indonesia.

Indonesia yang kaya akan budaya, memiliki beragam suku, pada masa-masa sejarahnya pasti erat dengan perhiasan. Dijadikan sebagai simbol, identitas, bahkan posisi seseorang pada masa itu. Perhiasan dapat dikenakan oleh pria dan wanita, namun memang seringnya dikenakan oleh para wanita untuk mempercantik diri, menambah menawan dan mempesona.

Perhiasan di masa lampau sangat erat dengan tradisi, simbol budaya, menghadiri upacara-upacara atau sebuah ritual. Mulai dari ikat kepala, hiasan di kepala, bagian telinga dan daun telinga, area wajah, area leher, tangan, pinggang, hingga pergelangan kaki.


Perhiasan dan Wanita

Tidak hanya persoalan estetika saja, perhiasan dari waktu ke waktu mengalami kesesuaian dan juga penyempurnaan seiring dengan berkembangnya teknologi, perhiasan akan memiliki tempat di hati wanita yang mampu mengikat mereka. Perhiasan juga memiliki efek kepada psikologis seseorang yang menandakan dirinya dalam aspek kepercayaan diri, mempengaruhi kondisi perasaan saat itu sampai kepada aspek kesejahteraan seseorang.

Bentuk ekspresi diri yang bisa terpancar dari sebuah perhiasan, karena selera atas pemilihan perhiasan bagi seorang wanita itu membuktikan bagaimana mereka menunjukkan kepribadian dan dirinya merasa lebih percaya diri. Perhiasan pun mampu memberikan momen-momen spesial bagi seseorang untuk mengungkapkan rasa cinta dan kasih mereka, ingin selalu dikenang sebagai seseorang yang penuh kasih sehingga memberikan ikatan emosional yang cukup kuat.


Luthfia Fataty Berawal dari Reseller Hingga Besar dengan Pyo Jewelry

pyo-jewelry
                                                       Source: karyakreatifindonesia.co.id

Luthfia Fataty merupakan seorang lulusan Universitas Negeri Jember, Fakultas Ilmu Budaya yang sangat menyukai sejarah dan semiotika. Wanita yang akrab dipanggil Pyo ini awal mulanya adalah reseller dan menghadapi beberapa macam tantangan mulai dari kompetitor, persaingan harga hingga Pyo harus terus memutar cara agar bisa bertahan dengan bisnis ini.

Pyo Jewelry ini menyediakan perhiasan logam yang dikelola dengan bisnis rumahan yang mengambil pendekatan kepada etnik kontemporer dan heritage yang terdiri dari perhiasan kalung, gelang, anting yang terbuat dari bebatuan alam khas Sumatera Selatan. Dan pada tahap finishing nya, nanti akan dibuat dengan desain kekinian yang dapat diterima oleh pasaran namun tetap menampilkan ciri khas Indonesia dan syukur-syukur bisa sangat mendunia.

Dan untuk perhiasan dengan tema heritage ini berasal dari replika warisan budaya Indonesia yang diperoleh dengan berbagai macam riset. Bentuk-bentuknya sangat banyak macamnya, salah satunya seperti Tapak Jajo atau Kalung Anak Ayam yang perhiasan ini sebenarnya dapat digunakan dalam berbagai kalangan dan tetap memiliki unsur filosofisnya sehingga tetap memberikan pembelajaran nilai-nilai sejarah.

Perhiasan yang ada di Pyo Jewelry ini merupakan perhiasan yang biasanya ada di upacara adat Sumatera Selatan yang dijadikan simple, sederhana, dapat dikenakan di keseharian namun tetap mengandung unsur sejarah dan budaya Sumatera Selatan. Sejarah-sejarah yang kaya akan makna dan filosofi itu berasal dari kerajaan Sriwijaya hingga Palembang Darussalam.

Berjalannya bisnis ini sangat membuat Pyo belajar melalui YouTube, melakukan pemasaran di Car Free Day setiap akhir minggu, namun perjalanan bisnis saat itu hanya untuk menghasilkan uang bukan untuk mengembangkan bisnisnya. Hingga akhirnya Pyo benar-benar membangun brand nya terlebih dahulu dengan cara menentukan target pasar, range usia konsumen, berapa rata-rata penghasilan konsumennya nanti, sering menghabiskan waktu bercengkrama di mana apakah di coffee shop atau di tempat lainnya. Dari sinilah bisa didapat data-data melalui riset yang sudah terunut dan jelas.

Pyo pun semakin mengembangkan bisnisnya secara online, memasarkan melalui social media di Instagram hingga sudah terdistribusi ke beberapa negara tetangga, seperti Vietnam, Amerika, Singapura dan Malaysia. Dan pesan-pesan Pyo untuk yang sedang membangun bisnis adalah terus menjalani dengan banyak belajar. Pembukuan itu sangat penting, baik antara modal dan keuntungan yang artinya ini bukan semuanya masuk dalam kantong pendapatan kita, balik lagi itu adalah kepemilikan dari sebuah bisnis.

Pada akhirnya Pyo telah menemukan segmentasi usia yang masuk kepada target pasarnya, yaitu wanita dengan usia 30 tahun hingga 60 tahun dan berada di kota-kota besar yang memiliki minat tinggi kepada hal-hal tradisional atau etnik. Hingga saat ini Luthfia Fataty menerima Apresiasi SATU Indonesia Awards 2023 kategori individu bidang UMKM dengan judul Pelestarian Perhiasan Indonesia. Saat ini Pyo sudah memiliki 20 karyawan yang memiliki keahlian di bidang perhiasan dan menerapkan zero waste dalam pengelolaan limbah terutama tembaga dan kuningan, dapat dipastikan bisnis Pyo sangat mengedepankan kondisi lingkungan dan tidak ada limbah-limbah yang terbuang.


Suyanto Menjaga Sungai Dengan Budidaya Ikan Lokal

 

Source: jogja.suara.com

Melestarikan area sungai, budidaya ikan lokal, sudah menjadi sebuah passion bagi Suyanto hingga mendirikan Surya Fish Farm Education (SFF Education) yang beralamatkan di Padukuhan Carikan, Kelurahan Bumirejo, Kapanewon Lendah, Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta. Kehadiran Suyanto untuk mengenalkan budidaya ikan lokal, memberikan edukasi, pada awalnya dari sebuah kegiatan bisnis jual beli ikan hias yang telah ia jalani sebelumnya saat ia masih menjadi satpam di sebuah bank tahun 2017.

Suyanto telah melakukan budidaya ikan hias melalui bisnis di tahun 2012 dan memang susah-susah gampang, terutama ikan hias yang ia kembangkan ini adalah ikan Koi. Berawal dari sangat intens nya perawatan ikan Koi ini, Suyanto telah melakukan edukasi kepada para pelanggannya dan perlahan mendirikan SFF Education pada tahun 2015. Dengan adanya edukasi ini, tidak serta merta membawa Suyanto pada peruntungan. Ia sempat dijauhi oleh para pedagang lainnya, namun tak pernah gentar. Dan pada akhirnya pedagang-pedagan lainnya menyadari dan lambat laun mengikuti jalannya untuk mengedukasi juga pelanggan mereka.


Upaya Melestarikan Ikan Lokal dari Penangkapan Ilegal Menggunakan Obat dan Setrum

Sungai, baik sungai besar atau kecil dan juga ikan menjadi salah satu teman bersama-sama dalam perjalanan hidup Suyanto. Sejak kecil Suyanto telah hidup berdampingan dan juga bersama-sama dengan mereka, untuk itu ketika ada aktivitas yang ilegal dari sungai hingga berdampak kepada ekosistem di dalamnya, Suyanto ingin bergerak dan berdedikasi untuk melestarikan sungai dan juga ikan lokal, utamanya.

Pengambilan ikan lokal dengan obat-obat lalu penyetruman ikan di malam hari, dan banyaknya penambahan ikan yang bersifat invasif, lama kelamaan membuat keadaan sungai menjadi memburuk dan lambat laun keberadaan ikan-ikan lokal menjadi sulit ditemukan. Mengapa ikan lokal berkali-kali menjadi concern utama oleh Suyanto, karena ikan lokal menjadi pertanda bagaimana sungai disini bersih atau tidaknya, lalu ikan lokal merupakan habitat aslinya disini dan menjadi sumber daya pangan yang bernilai ekonomis juga sehingga kebiasaan masyarakat bisa dengan mudah untuk dapat mengkonsumsi ikan menjadi lebih teratur.

Source: jogja.suara.com

Pendekatan SFF Education ini tidak serta merta dilakukan oleh Suyanto, karena pada awalnya Suyanto melakukan pendekatan pelestarian sungai dan ikan lokal ini melalui obrolan-obrolan ringan saat sedang bertugas di pos ronda. Saat itu ada masanya para warga sering kehilangan barang karena adanya maling yang berkeliaran, hingga akhirnya diaktifkan kembali tugas ronda malam dan disanalah Suyanto aktif untuk berbagi dan meningkatkan kesadaran betapa pentingnya sungai dan juga ikan lokal bagi masyarakat.

Menggerakan masyarakat untuk bisa sadar akan kelestarian lingkungan terutama sungai dan ikan lokal, bukan hal yang mudah tapi bukan juga hal yang mustahil bisa dilakukan oleh Suyanto. Pada akhirnya, dengan adanya donatur untuk membantu adanya perubahan ini, dipasangkan papan peringatan untuk tidak melakukan penyetruman ikan dan juga menggunakan obat-obatan saat menangkap ikan. Jika ada warga dari luar, berupa tamu atau warga asing, wajib lapor dan eskalasinya bertahap jika diketahui mereka melakukan aktivitas ilegal seperti penyetruman dan juga pemberian obat-obatan.

Saat papan peringatan dipasang di enam titik, ada 3 titik yang papan peringatannya dirusak. Namun hal ini tidak menggetarkan Suyanto dan juga para masyarakat untuk tetap konsisten dan juga sabar dalam prosesnya. Hingga pada akhirnya kini aktivitas penyetruman ikan dan juga pemberian obat-obatan sudah sangat berkurang dan berujung menjadi lenyap, tidak ada sama sekali.

Selain pendekatan melalui pos ronda dan juga patroli, Suyanto dipertemukan dengan komunitas pelestari lingkungan air yaitu Wild Water Indonesia melalui Facebook. Lalu Suyanto menginisiasi untuk membentuk Padas (Pelestari Alam dan Satwa) dengan jumlah 28 anggota yang diantaranya termasuk para pemuda-pemuda yang berasal dari desa Padukuhan Carikan. Patroli saat masih gencar-gencarnya penyetruman yakni setiap malam dimulai dari pukul 12 malam dan saat ini sudah berkurang bahkan lenyap, hanya tiga kali dalam satu minggu.

Suyanto dan Apresiasi Atas Gerakan Mulia Melestarikan Sungai dan Ikan Lokal

Dengan adanya Padas, menarik perhatian dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi DIY melalui Pokmaswas (Kelompok Masyarakat Pengawas) yang terlibat dalam berbagai macam pameran untuk sosialisasi ikan-ikan lokal dan bisa menerbitkan buku bersama dengan Dinas Kelautan dan Perikanan serta Dinas Pendidikan yaitu Jaga Kaliku. Dedikasi Suyanto ini diapresiasi dengan mendapatkan penghargaan Kalpataru tingkat DIY dalam kategori Perintis Lingkungan Juara 1.

Selain di daerahnya, Suyanto juga mendapatkan apresiasi Kalpataru, pada tahun 2023 menjadi Penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards tingkat Provinsi di bidang Lingkungan dari ASTRA. Langkah Suyanto hingga bisa mendapatkan penghargaan ASTRA ini bermula pada tahun 2022 sempat mendaftar namun belum masuk ke 80 besar, hingga akhirnya di tahun 2023 mencoba mendaftarkannya lagi dan saat menjelaskan di depan dewi juri, Suyanto menceritakan dari awal saat ia sudah berdedikasi pada bisnis ikan hias, mengajak masyarakat hingga berkolaborasi dengan Dinas Kelautan dan Perikanan serta Dinas Pendidikan untuk meluncurkan sebuah buku. Dan Suyanto akan terus melakukan yang terbaik dengan mengajak para generasi muda, berawal dari edukasi mendatangkan sekolah mereka ke SFF Education dan mengenalkan betapa pentingnya pelestarian lingkungan terutama sungai dan ikan lokal ini.


Berbatiks, Melalui Batik Via Mutiara Sari Mengajak Generasi Muda Mencintai Budaya Indonesia


Source: Facebook Via Mutiara Sari

Ketika mengenakan batik sebagai fashion dalam keseharian, pergi bekerja, menghadiri acara formal atau sekadar jalan-jalan, terkadang memiliki batasan bahwa batik akan terkesan kaku dan tidak modis. Batik sendiri memiliki sejarah bermula dari kerajaan Majapahit pada masa penyebaran agama Islam di pulau Jawa. Lalu dilanjutkan pada masa kesultanan Mataram, Kasunan Surakarta hingga Kesultanan Yogyakarta.

Batik adalah kain yang dilukis dengan lilin malam menggunakan alat bernama canting. Batik merupakan kain polosan yang melalui proses penggambaran khusus berupa motif, sehingga hasil akhirnya memiliki motif yang bernilai dan berciri khas. Karena Batik memiliki sejarah tertua dan merupakan bukti warisan budaya bangsa Indonesia, kerap kali Batik memiliki persepsi pakaian tradisional yang hanya pantas dikenakan oleh para tetua atau orang tua dalam kondisi yang formal dan acara-acara tertentu.

Sehingga membutuhkan pendekatan khusus kepada generasi muda, khususnya Generasi Z dan Generasi Alpha yang sangat selektif dalam berpakaian dan memiliki kiblat fashion tersendiri di tengah maraknya digitalisasi ini.


Hadirnya Berbatiks, Membuat Batik Semakin Semarak dan Fashionable

Berbatiks bukanlah sebuah brand fashion, value nya lebih dari itu. Karena membuat jembatan antara mewariskan budaya bangsa dan juga merebut hati para generasi muda untuk mau “melihat” kalau batik bisa menjadi sangat trendy untuk digunakan dalam berbagai acara. Tampilan mereka akan menjadi lebih fresh, tetap muda, energik dan juga colorful.

Mengenal Via Mutiara Sari, seorang entrepreneur muda yang menggerakan bisnis fashionnya di bidang batik untuk sebuah visi besar yaitu membawa batik ke panggung fashion Internasional, untuk dapat dikenakan oleh siapa saja, dalam kondisi apa saja dan dimanapun ia berada, batik tetap fit in untuk dipakai. Berbatiks juga ingin menampilkan bahwa batik tidak kaku, tidak “tua” untuk dikenakan oleh anak-anak muda karena bergaya casual dan ingin tetap dipakai dalam kondisi sehari-hari.

Berbatiks mengambil filosofi yang tinggi dari nilai batik sendiri untuk Indonesia yang mengangkat apa itu keindahan, nilai-nilai budaya, dan menjadi kebanggaan tersendiri sebagai warga negara Indonesia. Ditambahkan “s” agar lebih chic, trendy dan masuk kepada kalangan anak-anak muda, generasi Z dan generasi Alpha.


Gaya berpakaian dari generasi ke generasi

Soruce: Instagram @berbatiks___

Berbicara mengenai cara berbusana, dari waktu ke waktu kita bisa menilai dan juga menghargai bahwa di sebuah generasi, fashion itu memiliki ciri khas dan juga one point yang harus kita hargai. Berbatiks, mengambil peran itu, tetap bisa berada dalam bagian trend fashion generasi sekarang yang mengutamakan “tampil berbeda” dengan warna-warna yang cerah dan elegan, menonjolkan jiwa muda yang mengartikan mereka energik untuk dapat mereka gunakan sehari-hari untuk kuliah, kerja, jalan-jalan bersama teman-teman atau menghadiri sebuah acara undangan.

Melihat desain-desain yang digagas oleh Berbatiks ini sangat pas diterima oleh anak-anak muda. Dengan perpaduan koleksi jumputan dan dibuat menjadi sebuah rok yang sangat fashionable. Untuk bagian kebaya, hadir kebaya Kutubaru dengan design yang elegan, soft dan tampak sangat feminim ketidak dikenakan.

Oleh sebab itu, SATU Award memberikan penghargaan kepada Via Mutiara Sari yang merupakan anak muda inspiratif dengan kontribusi nyata dalam melestarikan budaya bangsa Indonesia. Dengan adanya apresiasi ini, menjadikan Via untuk bisa lebih memberikan banyak inovasi-inovasi kedepannya, mengenalkan Berbatiks kepada masyarakat luas dan ranah Internasional terutama batik tidak hanya dikenakan untuk acara-acara formal-semi formal saja, untuk dipakai dalam hangout bersama teman atau jalan-jalan akan sangat bagus dan trendy.

Dengan Berbatiks, kehadiran batik sendiri berada di tempat dan hati para generasi-generasi muda. Dapat dengan mudah merawat dan melestarikan batik sebagai sebuah simbol dan juga identitas warga negara Indonesia berada dalam sebuah batik. Batik juga menjadi masuk ke ranah fashion yang semakin trendy, tidak ketinggalan jaman karena pendekatan Berbatiks sangat bagus.

Pradipta Suarsyaf Memperjuangkan Kesehatan Mental


                                                                    source: republica.co

Saat sedang mengendarai motor, saya berpapasan dengan seorang pria paruh baya dalam keadaan rambutnya gimbal, aroma yang semerbak dan hanya menggunakan celana untuk menutupi organ vitalnya saja. Disaat itu, banyak anak-anak yang berbisik-bisik sambil berteriak bahwa mereka harus segera berlari, jika tidak ingin dikejar-kejar oleh pria paruh baya tersebut.

Miris melihatnya, bahwa literasi tentang ilmu kejiwaan di lingkungan keluarga, tentunya harus sudah mulai diperbincangkan. Mengajak anak-anak untuk tidak mengolok-olok, memperlakukan tidak sebagaimana mestinya, tidak saling mengajak teman-temannya untuk merasa takut terhadapnya.

Permasalahan mental ini memang sudah menjadi issue sejak lama, dan semakin berkembang pesatnya digital, generasi sekarang mulai sangat peduli dengan kesehatan mental. Mereka secara mandiri mengecek diri mereka apakah mereka membutuhkan bantuan untuk gejala atau perasaan yang dirasakan dalam menjalani kehidupan sehari-hari, hingga hadirnya berbagai macam layanan kesehatan mental yang dapat diakses secara online.

Setiap tanggal 10 Oktober, kita peringati sebagai Hari Kesehatan Mental Sedunia. Dunia online, terutama social media banyak sekali yang aware dan berlomba-lomba untuk mengajak semua masyarakat untuk aware terhadap kesehatan mental dirinya. Ketika kita merasa membutuhkan bantuan, jangan ragu untuk menghubungi ahlinya dan jangan merasa kalau kita selalu sendirian.


Faktor-Faktor Seseorang Mengalami Gangguan Mental

source: riaugreen.com

Apa saja yang menjadi faktor-faktor bahwa seseorang mengalami gangguan mental, padahal gangguan mental sendiri sangat kompleks. Namun dari beberapa poin berikut dapat sedikit menjelaskan faktor-faktornya tersebut:

  • Genetika seseorang yang berasal dari faktor keturunan, baik Ayah atau Ibu.
  • Adanya tekanan dalam kehidupan sehari-hari yang membuatnya tidak menemukan solusi yang tepat dan hanya dipendam dirinya sendiri.
  • Kejadian traumatik yang dialaminya selama hidup. Baik dalam pengalaman masa kecilnya yang mengalami kekerasan, pelecehan atau hal-hal lainnya yang membuat ia trauma dan bertumpuk dari tahun ke tahun
  • Mengalami bullying, korban yang mengalami bullying bisa jadi mengidap depresi dan juga tekanan mental. Belum lagi jika ia mendapatkan ancaman untuk jangan melaporkan hal-hal sebagaimana pembully memperlakukannya. 
  • Korban kekerasan dalam rumah tangga, baik fisik maupun verbal, kerap kali mengalami depresi yang berkepanjangan sekaligus traumatik.

Jika melihat faktor-faktor ini, tentu saja hal ini tak jauh dari aktivitas sehari-hari kita dan potensial seseorang untuk mengidapnya sangat besar. Jika kita menemukan diri sendiri mengalami salah satu faktor, bahkan teman atau keluarga terdekat mengalaminya jangan ragu untuk selalu mencari perbantuan dan harus selalu dalam pendampingan dan juga pengawasan.

Ada beberapa hal yang menyebabkan seseorang masih enggan untuk mau terbuka dan menjalani pengobatan mental ini karena label dalam lingkungan sosial kita yang masih belum teredukasi tentang Kesehatan Mental itu sendiri. Selalu melabelkan gangguan kesehatan mental ini dengan sama rata yaitu ODGJ. Padahal dalam gangguan kesehatan mental ini, ada diagnosa sendiri-sendiri. Mulai dari Bipolar, Skizofrenia, Depresi, Demensia, Gangguan Makan, Gangguan Mood, Gangguan Kecemasan, Gangguan Psikotik, Gangguan Tidur, dan lain sebagainya.

Hal inilah yang menyebabkan bertumpuknya rasa “tidak baik-baik saja” dalam diri seseorang sehingga bom waktu itu tiba, dan sudah semakin memperparah keadaannya. Bahkan masih memperlakukan pasien dengan gangguan kesehatan mental sebagai Aib dalam sebuah keluarga, meminta korban untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan YME atau melakukan pengobatan dengan tidak disertakan pada ahlinya, seperti dikucilkan dari masyarakat, dipasung atau dikurung sehingga tidak bertemu dengan dunia luar.

Butuhnya edukasi-edukasi tentang gangguan kesehatan mental ini menjadi penting, sehingga kedepannya semakin turun angka penyintas kesehatan mental dari tahun ke tahun, karena sudah sadar sejak awal tentang keadaan dirinya sendiri dan keluarga terdekat serta masyarakat teredukasi dengan baik apa itu kesehatan mental dan pentingnya mencari bantuan ahlinya, yaitu layanan psikolog.

Pradipta Suarsyaf, Sosok Inspiratif dalam Program ODGJ Asuh

dr. Pradipta Suarsyaf, MMRS, FRSPH, direktur RS. Lancang Kuning, kota Pekanbaru, Provinsi Riau ini sangat menyadari kondisi ini dan ingin melakukan perubahan nyata di dalam masyarakat. Selain literasi mengenai kesehatan mental yang rendah, keadaan ekonomi membuat mereka segan untuk berobat karena terkendala oleh pembayaran saat mereka selesai berkonsultasi dan mendapatkan obat. Sehingga di RS Lancang Kuning ini diadakan program ODGJ Asuh untuk menyelesaikan beberapa permasalahan pada pasien ODGJ.

Misi dr. Pradipta Suarsyaf pada program ODGJ Asuh ini kedepannya sangat ingin RS. Lancang Kuning menjadi center of health yang paling terdepan dalam menangani kasus-kasus para pejuang mental yang berpihak kepada masyarakat kurang mampu di Riau dan di seluruh Indonesia. Program ODGJ Asuh ini juga berkolaborasi dengan Sentra Abiseka, yang merupakan lembaga di bawah Kementrian Sosial yang bergerak di bidang pemberdayaan masyarakat, guna bersama-sama dengan para pasien ODGJ yang telah dinyatakan sembuh untuk mengikuti pelatihan yang membuat dirinya terbangun rasa percaya diri, optimis dan melatih skill agar bisa diterima di lingkungan masyarakat karena terbiasa dengan menjalani kehidupan sehari-hari yang didampingi dan diawasi.

Sehingga dr. Pradipta Suarsyaf mendapatkan penghargaan ASTRA SATU Indonesia Awards kategori kesehatan tahun 2023 sebagai bukti bahwa penghargaan ini mendapati apresiasi tertinggi di masyarakat yang semakin sadar betapa pentingnya kesehatan mental dan para pasien gangguan kesehatan mental ini dapat diterima kembali di masyarakat.


Kampung Baca Tansal Lahirkan Bibit Unggul untuk Negara

 


“Buku adalah jendela dunia”

Di tengah digitalisasi saat ini, kehadiran buku tetap menjadi awal mula masyarakat mengenal huruf, tanda baca dan kebiasaan literasi lainnya. Siti Badariah di tahun 2017 mendirikan taman baca, Kampung Baca Tansal. Visi Siti Badariah begitu mulia, ingin masyarakat daerah pedalaman mendapatkan kesetaraan pendidikan, khususnya Tanjung Saleh, Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat.


Motivasi yang Sangat Mulia untuk Mendirikan Kampung Baca Tansal

Siti Badariah yang dalam kesehariannya merupakan Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) di DPK3B Kabupaten Kubu Raya ingin semua masyarakat yang berada di desa pedalaman, merasakan kesetaraan untuk bisa bersaing di masa depan karena sudah mendapatkan literasi yang baik dan terhindar dari buta huruf.

Kampung Baca Tansal ini mendapatkan apresiasi SATU Indonesia Award tahun 2021 ini terus berkembang dari tahun ke tahun. Siti Badariah mengembangkan Kampung Baca Tansal ini tidak sendirian, ia bersama dengan teman-teman relawannya menyasar tidak hanya untuk para anak-anak saja, namun para orang dewasa juga diajak untuk bersama-sama berkembang dan maju.

Program-program yang dilakukan di Kampung Baca Tansal ini diantaranya, Perahu Baca, Ahad Cerdas, Bimbingan Belajar Komputer, Menulis Kaligrafi, Sekolah Orang Tua. Untuk kegiatan Perahu Baca ini rutin dilakukan, dengan berangkat menggunakan perahu dan menyusuri sungai untuk sampai ke antar desa yang anak-anaknya tidak bisa mengunjungi Kampung Baca Tansal.



Untuk kegiatan Ahad Cerdas, ini akan diisi oleh figur atau sosok inspiratif, gunanya untuk memotivasi anak-anak desa sehingga saling bertukar pikiran dan juga bertambahnya wawasan mereka. Sosok inspiratif ini tentu saja akan membagikan pengalaman tentang dunia pekerjaan dan jadi mengenal tentang profesi-profesi yang mungkin saja menjadi impian mereka di masa mendatang. Acaranya juga bervariasi, ada kegiatan membaca cerita, membuat berbagai macam kerajinan dan kegiatan literasi lainnya.

Bimbingan belajar komputer ini seringkali mengalami hambatan, karena terbatasnya alat dan juga dalam praktiknya dalam koputerisasi ini harus diajarkan secara langsung lengkap dengan prasarananya. Semoga kedepannya, kegiatan digital ini juga dapat terwujud dan menjad sering dilakukan, mengingat betapa pentingnya digitalisasi di era sekarang ini.

Yang sangat menginspirasi adalah, semangat dan terbukanya masyarakat untuk mau berkembang. Sudah ada 70 kelompok belajar per tahun 2022, yang mana kelompok belajar ini adalah orang dewasa yang ingin terbebas dari buta huruf dan lancar berbicara bahasa Indonesia. Senang sekali mendengarnya, dari Siti Badariah, mimpinya untuk bisa mencerdaskan bangsa pun sedikit demi sedikit terwujud.


Berkembangnya Kampung Baca Tansal menjadi Yayasan PKBM

Pada awalnya Kampung Baca Tansal hanya sebagai taman bacaan saja, namun kini sudah berkembang menjadi Yayasan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat. Yayasan PKBM ini sendiri sudah terdaftar di Dinas Pendidikan secara resmi, dalam arti lainnya, sudah berada dalam berbadan hukum.

Yayasan PKBM ini memiliki struktur pengurusannya yang sudah resmi terdaftar di Dinas Pendidikan, dan Siti Badariah beserta volunteer dapat mengakses program-program dari pemerintah untuk menunjang kegiatan literasi di Tanjung Saleh. Volunteer yang bersama dengan Siti Badariah ini tidak hanya yang berusia muda saja, saat ini Siti Badariah melibatkan masyarakat setempat untuk berpartisipasi.

Adanya Yayasan PKBM ini pada akhirnya untuk membuka kesempatan seluruh masyarakat untuk bisa berkembang, terbebas dari buta aksara dan bisa mendapatkan kesetaraan pendidikan. Saat ini, Kampung Baca Tansal selain melibatkan 17 orang volunteer usia muda, mengajak para masyarakat juga untuk menjadi volunteer. Adanya Sekolah Orang Tua yang terdiri dari tujuh kelompok ini, Siti Badariah meminta yang berijazah SMA turut serta mengajar dan menjadi volunteer.

Mimpi Siti Badariah yang ingin Kampung Baca Tansal ini bisa berkembang adalah memiliki bangunan sentral yang didalamnya terdapat proses belajar mengajar, masyarakat mendapatkan kesetaraan pendidikan juga beberapa pelatihan dan keterampilan. Tak lupa, Siti Badariah juga sangat ingin adanya perpustakaan, dimana ada sudut-sudut yang dapat diakses oleh anak-anak untuk dengan puas membaca buku.

Sehingga kedepannya, Siti Badariah sangat ingin melihat para bibit unggul lahir dari Tanjung Saleh ini. Anak-anak dapat dengan bebas mengekspresikan diri, adanya pengakuan dan kesempatan untuk siap bertarung dan berkompetisi mengharumkan nama bangsa.


Farvisa Vet, Berdampak Untuk Masyrakat dari Fahri Putranda




Memiliki hewan ternak yang dapat dibudidayakan, menjadi penolong dan juga solusi ketika sedang mengalami masalah financial dan membutuhkan opsi bidang perekonomian lainnya. Fahri Putrananda, seorang lulusan Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh yang saat ini mendirikan Farvisa Vet di daerah transmigran Lampung, letaknya di Plakat Tinggi, Musi Banyuasin, Sumatera Selatan pada awalnya mengalami ujian yang luar biasa. Hingga akhirnya ia berhasil dinobatkan sebagai 22 finalis dari 3.000-an nomine dalam SATU Indonesia Awards 2021.

Melihat kondisi masyarakat yang kurang memelihara ternaknya

Dengan mayoritas penduduk Plakat Tinggi sebagai petani karet dan kelapa sawit, sangat kurang partisipasi masyarakat untuk menyambut kehadiran Farvisa Vet di lingkungan ini. Di satu dekade terakhir ini, grafik perekonomian di bidang karet dan kelapa sawit ini mengalami penurunan yang cukup drastis, tak jarang para petani menjadi rugi karena sudah besar-besaran membudidayakan karet dan kelapa sawit ini dengan modal yang tidak sedikit.

Bantuan pemerintah pun mengalir kepada masyarakat guna untuk melanjutkan perekonomian dan kehidupan di waktu mendatang, namun masyarakat kurang begitu bisa memanfaatkan apa yang telah diupayakan oleh pemerintah di awal ini. Banyak ternak-ternak mereka yang kurangnya perawatan, dibiarkan liar di kebun karet dan juga kelapa sawit, serta minimnya pengetahuan mengenai pengobatan dan juga vaksinasi hewan.

Cerita Fahri Putranda dari Farvisa Vet untuk masyarakat Plakat Tinggi yang menginspirasi

Saat pertama kali mengenalkan adanya klinik dan bisa konsultasi permasalahan dan kesehatan hewan-hewan ternaknya, kehadiran Fahri ini masih cukup awam bagi mereka. Sampai-sampai ada yang mengajak tantangan apabila anak sapinya bisa berhasil bertahan hidup dan sembuh, dan jika tidak tentu saja Fahri harus menggantinya. Sehingga kita tahu bahwa perjuangan Fahri untuk membangun kepercayaan dan juga menyiarkan kabar bahwa hewan ternak harus memiliki perawatan yang konsisten dan memegang keilmuannya.

Tantangan demi tantangan dilalui oleh Fahri dengan pembuktian. Kondisi wilayah Plakat Tinggi yang cukup pelosok, membuat Fahri harus menyusun strategi. Masih banyaknya jalur-jalur tanah, sehingga ketika hujan turun maka jalanan akan menjadi licin dan sulit untuk dijangkau.

Memberikan dedikasi penuh terhadap waktu dan tenaga dengan mendatangi rumah per rumah sebagai langkah penyuluhan ini. Hal ini tentu saja bertujuan untuk menyebarkan rasa memiliki kepada hewan-hewan ternak ini karena sebagai penunjang perekonomian mereka juga pada akhirnya.

Melanjutkan misi agar Farvisa Vet semakin berkembang ke pelosok desa lainnya


Komunikasi yang cukup terbatas juga diakui oleh Fahri, karena mayoritas masyarakat Plakat Tinggi belum begitu menguasai bahasa Indonesia. Dan Fahri adalah suku Gayo, dari Aceh, sehingga menangkap hal ini adalah peluang baginya untuk bisa terus belajar dan mencoba komunikasi dengan kepala dusun setempat agar dibantu mengkomunikasikan tujuan dan penyuluhan bagi hewan-hewan ternak disana.

Tercatat ada 15 desa dalam satu kecamatan yang sudah mulai terbuka dan paham dengan keberadaan Farvisa Vet dan 60% nya sudah mulai berinteraksi dengan menghubungi Fahri langsung dan meminta berkonsultasi mengenai masalah hewan-hewan ternak yang sedang mereka alami. Sehingga kini, sudah banyak masyarakat Plakat Tinggi merasakan betapa berharganya kehadiran Farvisa Vet ini untuk bisnis dan perekonomian mereka juga.

Pengenalan terhadap vaksinasi ternak dan juga penjelasan tentang aplikasi untuk pemberian dosis yang tepat pada saat masyarakat sudah memulai atau yang baru akan berwirausaha peternakan ini. Karena melihat potensi ini sangat besar dan layak untuk diteruskan, Fahri bertekad untuk semakin banyak daerah-daerah pelosok yang dapat dijangkau dan memberdayakan masyarakatnya untuk bisa meningkat perekonomiannya.

Bangga dan terharu dengan kepedulian Fahri yang ingin bermanfaat bagi masyarakat terutama di bidang kesehatan ini, yang dampaknya adalah kepada perekonomian warga sekaligus penyebaran hewan-hewan ternak yang sehat dan berkualitas ini makin tersebar luas ke seluruh wilayah nusantara.




Sekolah Calon Ayah dan Sekolah Calon Ibu yang Menginspirasi Publik

 

Dok: radioidola.com

Beberapa kesempatan, kerap kali kita temukan bahwa menjadi dewasa dan menjadi orang tua itu tidak ada sekolahnya. Namun, Samsul Husen di tahun 2014 berhasil mendirikan Sekolah Calon Ayah dan Sekolah Calon Ibu dan mendapatkan penghargaan SATU Indonesia Awards tingkat Provinsi pada tahun 2022. Membanggakan sekaligus menginspirasi publik karena gebrakannya ini tentu akan membuat banyak perubahan yang dimulai dari lingkungan keluarga itu sendiri.

Mengapa sampai mendirikan Sekolah Calon Ayah dan Sekolah Calon Ibu?

Pendidikan mengenai kehidupan didapatkan dari pengalaman yang dilakukan secara otodidak. Berawal dari keresahannya terhadap “menjadi orang tua itu adalah seumur hidup” membuat Samsul Husen mendirikan SCA dan SCI untuk lebih berkurikulum.

Sehingga biasanya para calon orang tua dan yang sudah menjadi orang tua mendapatkan ilmu secara otodidak dan terpisah-pisah, mulai dari ilmu parenting, management keuangan, gizi dan kesehatan. Hal ini mencetuskan bahwa diperlukannya ilmu berupa persiapan yang tidak hanya sebatas teoritis, namun implementasi secara nyata yang mencakup aspek spiritual.

Kurikulum Sekolah Calon Ayah dan Sekolah Calon Ibu yang Komprehensif

Pendidikan informal dan penting seperti ini memang harus ada kurikulum yang terstruktur, sehingga telah dibagi-bagi menjadi beberapa materi utama yaitu:

  1. Parenting

Parenting harus dilakukan berdua antara Ayah dan Ibu, hal ini mencakup bagaimana berkomunikasi dengan si Kecil mulai dari dalam kandungan dan beberapa fase kehidupannya, juga memperhatikan kebutuhan gizi anak-anak sehingga merawat anak-anak dengan kesesuaian dan bisa saling bekerja sama satu sama lainnya.

       2. Financial Management

Terkait keuangan yang menjadi hal penting dan mendasar untuk sama-sama mengerti dan juga saling melatih. Bagaimana kepahaman akan nafkah utama, kebutuhan dan juga keperluan Ibu, terlebih ada beberapa case yang masih memerlukan alokasi dana, seperti memberi orang tua, dana darurat, dan juga berinvestasi.

       3. Seksologi

Berkaitan dengan seks dalam kehidupan berumah tangga yang menjadi sangat sensitif dan tak jarang banyak permasalahan yang terjadi dimulai dari urusan di “ranjang” yang menyimpan konflik. Dalam SCA dan SCI ini akan dijelaskan dengan baik dan masih dalam ranah fiqih sehingga murni pengetahuan, seperti apa yang perlu dilakukan oleh pasangan suami istri ketika berhubungan agar permasalahan dan konflik ini bisa dihindari bahkan jika terjadi, mendapatkan solusi yang terbaik.

       4. Kegiatan secara Outdoor

Dalam rangkaian program akhir, semua peserta berkesempatan untuk merasakan dan menikmati berkegiatan kemah. Kegiatan ini sendiri untuk meningkatkan bonding, kepekaan dan semakin terasah dalam jiwa spiritualnya sekaligus refresh mental juga raga.


Apa yang Menjadi Kendala dalam SCA dan SCI?

Sekolah yang sudah diikuti oleh 1,000 alumni ini pada awalnya memiliki tantangan tersendiri pada awalnya yaitu minimnya kebutuhan dari jiwa para pria untuk bisa ikut serta dalam Sekolah Calon Ayah karena merasa peran mereka saat ini hanya sebatas mencari nafkah.

Dengan mengikuti SCA ini, harapannya kedepannya timbul keinginan untuk mencari ilmu bersama-sama dengan pasangan agar semakin harmonis dan dapat membesarkan buah hati tercinta dengan siraman cinta dan kasih walaupun kita percaya bahwa tidak ada perjalanan keluarga yang mudah. Setidaknya dengan hadirnya SCA dan SCI ini akan mewujudkan keharmonisan keluarga dan menciptakan kualitasnya sumber daya manusia karena secara fisik dan mental sudah terbangun dengan baik di lingkungan keluarga.

SCA dan SCI Menebarkan Kedamaian dan Kualitas Berkeluarga

Dok: radioidola.com

Testimoni alumni kepesertaan SCA dan SCI ini cukup significant karena mereka akan kembali “sekolah” disaat peran mereka menjadi orang tua dan hal ini akan terjadi seumur hidup. Dengan kurikulum yang praktis dan juga aplikatif ini, harapannya banyak calon Ayah dan calon Ibu semakin siap mengemban amanah yang akan mereka jalani seumur hidup.

Kualitas hidup menjadi bertambah, karena berada dalam lingkaran kehidupan berumah tangga yang positif, memberikan masukan dan bisa saling berdiskusi untuk menemukan jalan tengah sehingga angka kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) semakin turun. Serta, angka stunting di masyarakat juga menurun, mengingat di SCA dan SCI ini sama-sama diajarkan mengenai gizi dan pola makan sehat yang seimbang.

Bangga dan sangat merekomendasikan SCA dan SCI yang didirikan oleh Samsul Husen yang diwujudkan secara nyata agar masyarakat mendapatkan perubahan yang positif dan kualitas kehidupan berkeluarga juga semakin baik dan sejahtera.