Source: nu.or.id |
Siapa yang tidak mengenal perhiasan. Dewasa ini perhiasan selain menjadi bagian dari aksesoris untuk mix and match pakaian, bahkan sejarah perhiasan dari masa lampau sangat memberikan ciri khas terutama bagi bangsa Indonesia.
Indonesia yang kaya akan budaya, memiliki beragam suku, pada masa-masa sejarahnya pasti erat dengan perhiasan. Dijadikan sebagai simbol, identitas, bahkan posisi seseorang pada masa itu. Perhiasan dapat dikenakan oleh pria dan wanita, namun memang seringnya dikenakan oleh para wanita untuk mempercantik diri, menambah menawan dan mempesona.
Perhiasan di masa lampau sangat erat dengan tradisi, simbol budaya, menghadiri upacara-upacara atau sebuah ritual. Mulai dari ikat kepala, hiasan di kepala, bagian telinga dan daun telinga, area wajah, area leher, tangan, pinggang, hingga pergelangan kaki.
Perhiasan dan Wanita
Tidak hanya persoalan estetika saja, perhiasan dari waktu ke waktu mengalami kesesuaian dan juga penyempurnaan seiring dengan berkembangnya teknologi, perhiasan akan memiliki tempat di hati wanita yang mampu mengikat mereka. Perhiasan juga memiliki efek kepada psikologis seseorang yang menandakan dirinya dalam aspek kepercayaan diri, mempengaruhi kondisi perasaan saat itu sampai kepada aspek kesejahteraan seseorang.
Bentuk ekspresi diri yang bisa terpancar dari sebuah perhiasan, karena selera atas pemilihan perhiasan bagi seorang wanita itu membuktikan bagaimana mereka menunjukkan kepribadian dan dirinya merasa lebih percaya diri. Perhiasan pun mampu memberikan momen-momen spesial bagi seseorang untuk mengungkapkan rasa cinta dan kasih mereka, ingin selalu dikenang sebagai seseorang yang penuh kasih sehingga memberikan ikatan emosional yang cukup kuat.
Luthfia Fataty Berawal dari Reseller Hingga Besar dengan Pyo Jewelry
Source: karyakreatifindonesia.co.idLuthfia Fataty merupakan seorang lulusan Universitas Negeri Jember, Fakultas Ilmu Budaya yang sangat menyukai sejarah dan semiotika. Wanita yang akrab dipanggil Pyo ini awal mulanya adalah reseller dan menghadapi beberapa macam tantangan mulai dari kompetitor, persaingan harga hingga Pyo harus terus memutar cara agar bisa bertahan dengan bisnis ini.
Pyo Jewelry ini menyediakan perhiasan logam yang dikelola dengan bisnis rumahan yang mengambil pendekatan kepada etnik kontemporer dan heritage yang terdiri dari perhiasan kalung, gelang, anting yang terbuat dari bebatuan alam khas Sumatera Selatan. Dan pada tahap finishing nya, nanti akan dibuat dengan desain kekinian yang dapat diterima oleh pasaran namun tetap menampilkan ciri khas Indonesia dan syukur-syukur bisa sangat mendunia.
Dan untuk perhiasan dengan tema heritage ini berasal dari replika warisan budaya Indonesia yang diperoleh dengan berbagai macam riset. Bentuk-bentuknya sangat banyak macamnya, salah satunya seperti Tapak Jajo atau Kalung Anak Ayam yang perhiasan ini sebenarnya dapat digunakan dalam berbagai kalangan dan tetap memiliki unsur filosofisnya sehingga tetap memberikan pembelajaran nilai-nilai sejarah.
Perhiasan yang ada di Pyo Jewelry ini merupakan perhiasan yang biasanya ada di upacara adat Sumatera Selatan yang dijadikan simple, sederhana, dapat dikenakan di keseharian namun tetap mengandung unsur sejarah dan budaya Sumatera Selatan. Sejarah-sejarah yang kaya akan makna dan filosofi itu berasal dari kerajaan Sriwijaya hingga Palembang Darussalam.
Berjalannya bisnis ini sangat membuat Pyo belajar melalui YouTube, melakukan pemasaran di Car Free Day setiap akhir minggu, namun perjalanan bisnis saat itu hanya untuk menghasilkan uang bukan untuk mengembangkan bisnisnya. Hingga akhirnya Pyo benar-benar membangun brand nya terlebih dahulu dengan cara menentukan target pasar, range usia konsumen, berapa rata-rata penghasilan konsumennya nanti, sering menghabiskan waktu bercengkrama di mana apakah di coffee shop atau di tempat lainnya. Dari sinilah bisa didapat data-data melalui riset yang sudah terunut dan jelas.
Pyo pun semakin mengembangkan bisnisnya secara online, memasarkan melalui social media di Instagram hingga sudah terdistribusi ke beberapa negara tetangga, seperti Vietnam, Amerika, Singapura dan Malaysia. Dan pesan-pesan Pyo untuk yang sedang membangun bisnis adalah terus menjalani dengan banyak belajar. Pembukuan itu sangat penting, baik antara modal dan keuntungan yang artinya ini bukan semuanya masuk dalam kantong pendapatan kita, balik lagi itu adalah kepemilikan dari sebuah bisnis.
Pada akhirnya Pyo telah menemukan segmentasi usia yang masuk kepada target pasarnya, yaitu wanita dengan usia 30 tahun hingga 60 tahun dan berada di kota-kota besar yang memiliki minat tinggi kepada hal-hal tradisional atau etnik. Hingga saat ini Luthfia Fataty menerima Apresiasi SATU Indonesia Awards 2023 kategori individu bidang UMKM dengan judul Pelestarian Perhiasan Indonesia. Saat ini Pyo sudah memiliki 20 karyawan yang memiliki keahlian di bidang perhiasan dan menerapkan zero waste dalam pengelolaan limbah terutama tembaga dan kuningan, dapat dipastikan bisnis Pyo sangat mengedepankan kondisi lingkungan dan tidak ada limbah-limbah yang terbuang.