![]() |
Source: jogja.suara.com |
Melestarikan area sungai, budidaya ikan lokal, sudah menjadi sebuah passion bagi Suyanto hingga mendirikan Surya Fish Farm Education (SFF Education) yang beralamatkan di Padukuhan Carikan, Kelurahan Bumirejo, Kapanewon Lendah, Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta. Kehadiran Suyanto untuk mengenalkan budidaya ikan lokal, memberikan edukasi, pada awalnya dari sebuah kegiatan bisnis jual beli ikan hias yang telah ia jalani sebelumnya saat ia masih menjadi satpam di sebuah bank tahun 2017.
Suyanto telah melakukan budidaya ikan hias melalui bisnis di tahun 2012 dan memang susah-susah gampang, terutama ikan hias yang ia kembangkan ini adalah ikan Koi. Berawal dari sangat intens nya perawatan ikan Koi ini, Suyanto telah melakukan edukasi kepada para pelanggannya dan perlahan mendirikan SFF Education pada tahun 2015. Dengan adanya edukasi ini, tidak serta merta membawa Suyanto pada peruntungan. Ia sempat dijauhi oleh para pedagang lainnya, namun tak pernah gentar. Dan pada akhirnya pedagang-pedagan lainnya menyadari dan lambat laun mengikuti jalannya untuk mengedukasi juga pelanggan mereka.
Upaya Melestarikan Ikan Lokal dari Penangkapan Ilegal Menggunakan Obat dan Setrum
Sungai, baik sungai besar atau kecil dan juga ikan menjadi salah satu teman bersama-sama dalam perjalanan hidup Suyanto. Sejak kecil Suyanto telah hidup berdampingan dan juga bersama-sama dengan mereka, untuk itu ketika ada aktivitas yang ilegal dari sungai hingga berdampak kepada ekosistem di dalamnya, Suyanto ingin bergerak dan berdedikasi untuk melestarikan sungai dan juga ikan lokal, utamanya.
Pengambilan ikan lokal dengan obat-obat lalu penyetruman ikan di malam hari, dan banyaknya penambahan ikan yang bersifat invasif, lama kelamaan membuat keadaan sungai menjadi memburuk dan lambat laun keberadaan ikan-ikan lokal menjadi sulit ditemukan. Mengapa ikan lokal berkali-kali menjadi concern utama oleh Suyanto, karena ikan lokal menjadi pertanda bagaimana sungai disini bersih atau tidaknya, lalu ikan lokal merupakan habitat aslinya disini dan menjadi sumber daya pangan yang bernilai ekonomis juga sehingga kebiasaan masyarakat bisa dengan mudah untuk dapat mengkonsumsi ikan menjadi lebih teratur.
![]() |
Source: jogja.suara.com |
Pendekatan SFF Education ini tidak serta merta dilakukan oleh Suyanto, karena pada awalnya Suyanto melakukan pendekatan pelestarian sungai dan ikan lokal ini melalui obrolan-obrolan ringan saat sedang bertugas di pos ronda. Saat itu ada masanya para warga sering kehilangan barang karena adanya maling yang berkeliaran, hingga akhirnya diaktifkan kembali tugas ronda malam dan disanalah Suyanto aktif untuk berbagi dan meningkatkan kesadaran betapa pentingnya sungai dan juga ikan lokal bagi masyarakat.
Menggerakan masyarakat untuk bisa sadar akan kelestarian lingkungan terutama sungai dan ikan lokal, bukan hal yang mudah tapi bukan juga hal yang mustahil bisa dilakukan oleh Suyanto. Pada akhirnya, dengan adanya donatur untuk membantu adanya perubahan ini, dipasangkan papan peringatan untuk tidak melakukan penyetruman ikan dan juga menggunakan obat-obatan saat menangkap ikan. Jika ada warga dari luar, berupa tamu atau warga asing, wajib lapor dan eskalasinya bertahap jika diketahui mereka melakukan aktivitas ilegal seperti penyetruman dan juga pemberian obat-obatan.
Saat papan peringatan dipasang di enam titik, ada 3 titik yang papan peringatannya dirusak. Namun hal ini tidak menggetarkan Suyanto dan juga para masyarakat untuk tetap konsisten dan juga sabar dalam prosesnya. Hingga pada akhirnya kini aktivitas penyetruman ikan dan juga pemberian obat-obatan sudah sangat berkurang dan berujung menjadi lenyap, tidak ada sama sekali.
Selain pendekatan melalui pos ronda dan juga patroli, Suyanto dipertemukan dengan komunitas pelestari lingkungan air yaitu Wild Water Indonesia melalui Facebook. Lalu Suyanto menginisiasi untuk membentuk Padas (Pelestari Alam dan Satwa) dengan jumlah 28 anggota yang diantaranya termasuk para pemuda-pemuda yang berasal dari desa Padukuhan Carikan. Patroli saat masih gencar-gencarnya penyetruman yakni setiap malam dimulai dari pukul 12 malam dan saat ini sudah berkurang bahkan lenyap, hanya tiga kali dalam satu minggu.
Suyanto dan Apresiasi Atas Gerakan Mulia Melestarikan Sungai dan Ikan Lokal
Dengan adanya Padas, menarik perhatian dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi DIY melalui Pokmaswas (Kelompok Masyarakat Pengawas) yang terlibat dalam berbagai macam pameran untuk sosialisasi ikan-ikan lokal dan bisa menerbitkan buku bersama dengan Dinas Kelautan dan Perikanan serta Dinas Pendidikan yaitu Jaga Kaliku. Dedikasi Suyanto ini diapresiasi dengan mendapatkan penghargaan Kalpataru tingkat DIY dalam kategori Perintis Lingkungan Juara 1.
Selain di daerahnya, Suyanto juga mendapatkan apresiasi Kalpataru, pada tahun 2023 menjadi Penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards tingkat Provinsi di bidang Lingkungan dari ASTRA. Langkah Suyanto hingga bisa mendapatkan penghargaan ASTRA ini bermula pada tahun 2022 sempat mendaftar namun belum masuk ke 80 besar, hingga akhirnya di tahun 2023 mencoba mendaftarkannya lagi dan saat menjelaskan di depan dewi juri, Suyanto menceritakan dari awal saat ia sudah berdedikasi pada bisnis ikan hias, mengajak masyarakat hingga berkolaborasi dengan Dinas Kelautan dan Perikanan serta Dinas Pendidikan untuk meluncurkan sebuah buku. Dan Suyanto akan terus melakukan yang terbaik dengan mengajak para generasi muda, berawal dari edukasi mendatangkan sekolah mereka ke SFF Education dan mengenalkan betapa pentingnya pelestarian lingkungan terutama sungai dan ikan lokal ini.
Tidak ada komentar
Posting Komentar