Sebagai Anak Forester, Beruntungnya Bisa Menghadiri Forest Talk oleh Yayasan Doktor Sjahrir

Pada hari ini, aku berkesempatan hadir di acara Forest Talk oleh YDS (Yaysan Doktor Sjahrir) yang merupakan organisasi nirlaba untuk meneruskan warisan DR. Sjahrir (alm) bergerak di bidang pendidikan, kesehatan dan lingkungan.  Pada 2 tahun terakhir ini, YDS telah membuat movement dengan menggerakan para pemuda dan juga masyarakat dalam rangka menghadapi perubahan iklim dan pelestarian hutan. Sebagai anak forester, aku merasa beruntung banget bisa hadir di acara ini. Aku anak pertama yang lahir dari seorang ayah yang concern banget soal kehutanan, karena beliau basic di management kehutanan dan saat ini bekerja di sebuah perusahaan swasta di Manokwari, Papua.

Dalam video singkatnya, Dr. Kartini Sjahrir dari Yayasan Doktor Sjahrir memberikan masukan yang sangat dalam soal pentingnya lestari hutan ini dengan cara meningkatan kemampuan para blogger, terutama dalam hal kebijakan pengelolaan hutan lestari di Indonesia serta pentingnya hal tersebut di dalam mencapai pembangunan berkelanjutan dan mengurangi emisi gas kaca. Melalui pengenalan akan makanan, produk ekonomi kreatif berbasis hutan. Menambah aksi nyata tingkat lokal.

Perubahan Iklim Menjadi Sorotan Dunia


Angka 85 juta pemuda usia 17-35 tahun di masa mendatang akan merasakan dampak dari penjagaan kita terhadap issue perubahan iklim ini.  Perbandingan air dan udara pada gambaran dunia saat ini, berbanding jauh banget guys. Dan sebagai kaum perempuan, aku merasa kagum banget,karena sebagian besar dari kita sangat concern dan langsung mengambil peran sebagai aktor dari pemerhati lingkungan beserta solusi-solusi dibandingkan dengan kaum pria. Disini tidak menutup kemungkinan untuk meminimaliskan peran pria lho ya. Jadi jangan berkecil hati ya. 

(Dr. Amanda Katili Niode)


Berlanjut setelah opening dari short video ibu Kartini Sjahrir, ibu Dr. Amanda Katili Niode (Manager Climate Reality Indonesia) menyapa para bloggers dengan dampak dari perubahan iklim tidak hanya di Indonesia saja.

(Hayuk, selamatkan bumi tercinta kita)

Pada saat yang bersamaan juga, kondisi yang sangat disoroti seperti di Amerika dan Australia di waktu yang bersamaan, mempunyai kondisi lingkungan dan iklim yang berbeda jauh. Hal ini sebabkan diantaranya karena aktivitas manusia yang menghasilkan beberapa emisi gas, yang berdampak dari tipisnya lapisan ozon kita. Di Indonesia sendiri, perubahan iklim ini berdampak hingga menyebabkan beberapa konflik, diantaranya; gagal panen, air langka, penyebaran penyakit sehingga mengharuskan mengungsi, konflik sosial (karena adanya pemberontakan). Serta yang menjadi sorotan berikutnya adalah pada industri fashion menjadi salah satu penyumbang pencemar, karena memang semua prosesnya memakan banyak energi. Jangan sampai deh kita masuk pada generasi yang punah sebelum waktunya, ngeri yaaaa.

Oleh sebab itu, ibu Amanda meng highlight kalimat untuk memberdayakan produk lokal seperti sayuran dan beberapa panganan khas lokal seperti tahu. Nah tahu ini prosesnya tidak banyak membuang gas. Dengan mengatur pola makan seperti ini aja,  kita udah menyelamatkan lingkungan kita lho. Keren kaan. Harpannya, para bloggers mampu meningkatkan ekonomi desa dengan memanfaatkan program perhutanan sosial, dimana pohon-pohonan menjadi bahan baku produk unggulan desa dan mengugulirkan ekonomi kreatif desa tersebut. Yuk cintai pangan lokal kita, Indonesia tercinta!

Lestari Hutan Lanskap

(Dr. Atiek Widayat)
Sesi selanjutnya adalah ibu Dr. Atiek Widayati (Tropenbos Indonesia) yang memberikan banyak mind set baru kepada kita para bloggers nih, sebagai salah satu stake holder juga dalam membuat hutan lestari karena kita tidak langsung berhubungan dengan ekosistem dan lingkungan hutan itu sendiri. Sedikit soal hutan, hutan adalah sekelompok area yg terdiri dari pohon2 dewasa dan tutupan kanopi lebih besar 30% dengan luasan lebih dari 6.25 ha ini tidak bisa lepas dengan konteks lanskap yang mendukung menjadi ekosistem yang terbaik.

Konteks dari lanskap adalah terdapatnya spesies-spesies yang berkumpul menjadi satu ekosistem. Dan hubungannya antara hutan dengan lanskap adalah saling berdampingan, tidam bisa terpisahkan antara satu dan keduanya. Tidak serta merta hutan itu saja, atau pohon saja. Kita sudah tau bahwa pada masa lalu, hutan adalah penghasil kayu terbesar pada akhirnya di saat pohon berkurang, maka dibuatlah cagar alam buatan. Hutan sendiri mencakup dari 30% keseluruhan muka bumi ini. Namun, deforestasi membuka hutan dalam skala besar. Kenapa hal ini menjadi sebuah langkah kepedulian? Karena emisi rumah kaca sebesar 24%.  Pada Inti nya adalah, begitu tidak ada pohon, sarana penyerap karbondioksida berkurang, hingga mempercepat pemanasan global. Nah, disini ada 3 istilah penting dalam langkah lestari hutan kita, diantaranya

1. Deforestasi: kehilangan hutan akibat berbagai aktivitas manusia
2. Degradasi hutan: perusakan atau penurunan kualitas hutan
3. Konversi hutan: hutan beralih menjadi penggunaan non-hutan (seperti pertanian dan perkebunan)

Selain deforestasi di atas menjadi sebuah masalah, konversi hutan juga ikut serta. Karena fungsi penyerapan karbondioksida menjadi lebih berkurang (pohon menjadi lebih kecil-kecil). Oleh sebab itu, kita harus melestarikan hutan dengan goals mengembalikan fungsi hutan, dengan cara memberdayakan hasil hutan yang bukan kayu. Wah ada ya? Ada doong, diantaranya adalah madu hutan, dan rotan.

Konservasi Berbasis Hutan 

(DR. Sri Maryati)
Yang selanjutnya adalah konservasi berbasis masyarakat, ikhtiar untuk pelestarian alam berkelanjutan dari Yayasan Belantara oleh ibu DR. Sri Maryati (Direktur Eksekutif Yayasan Belantara) yang menyertakan dengan 5 strategi diantaranya sebagai berikut

1. Mendukung forum multipihak
Memfasilitasi komunitas atau forum agar bisa berkolaborasi dalam mewujudkan ekosistem berkelanjutan

2. Mendukung pemberdayaan masyarakat
Dengan adanya dorongan untuk meningkatkan kemajuan ekonomi masyarakat serta ekosistem hutan itu sendiri secara berkelanjutan

3. Mengundang partisipasi
Dengan adanya dukungan dari pemerintahan akan memacu meningkatkan engagement ini

4. Restorasi dan Proteksi
Mendukung upaya ini dalam 1 juta ha ekosistem lahan kritis di area konservasi

Ada 84 desa di Indonesia yang sudah bekerja sama dengan yayasan belantara dalan rangka konservasi dan pengelolaan hutan Serta membuat 80 biosapiteng di sejumlah dareah Palembang, Sumatra Selatan.

Pohon dan Ekonomi Kreatif

(Ir. Murni Titi Resdiana, MBA)
Ir. Murni Titi Resdiana, MBA (Asisten Utusan Khusus Presiden bidang Pengendalian Perubahan Iklim) menyampaikan tentang keterkaitan bersama tujuan pembangunan berkelanjutan atau SDGs. Pohon sendiri untuk sumber serat, sumber pewarna alam, sumber furniture, sumber barang dekorasi dan bahan kuliner. Bisa dimasukkan sebagai elemen investasi karena pengembangan produk unggulan, sehingga ada konsumsi terhadap produk tersebut dan pada akhirnya mampu menggerakan roda perekonomian.

Dalam pengembangan produk unggulan ini, yang harus diperhatikan adalah segmentasi yang cocok dengan produk tersebut, promosi dan placement yang tepat. Seharusnya kita bangga dengan Indonesia ini, karena hampir seluruh dari kita menenun lho. Potensi ecoproduct, pemberdayaan masyarakat desa, produk unggulan desa akan menghasilkan produk yang bagus, semua harus bagus pasti segmentasi harga mahal. So, kita perlu needs yang bagus juga. Sehingga dalam ajang eco fashion week, sudah saatnya menggerakan para perempuan penenun ini dalam roda fashion dunia.

Keterbatasan kain tenun inilah yang menjadikan kita terus melakukan impor, namun hal ini bisa di substitusi oleh serat eucaliptus, yaitu serat daun nanas. Kayak secang, jati belanda, akar mengkudu (warna merah), indigofera (warna biru) yang sekarang ini sedang reset untuk bidang peternakan. Yang amazing nya adalah kayu Kaliandra Merah sebagai renewable energy. Kayunya ini bisa dipanen dalam waktu 2 tahun dan sebagai pengganti pelet. Kenapa renewable energy? Karena kalor nya sama persis dengan batu bara. Yang mana batu bara adalah salah satu sumber penghasil emisi gas rumah kaca. Keren kaaan kalo pohon bisa dimanfaatkan dengan baik dan dilakukan research-research berkelanjutan. Seperti Du'anyam adalah contoh social preneur masyarakat di NTT lho.

JAVARA dan RUMAH RAKUJI

(Rumah Rakuji)
(Owner Rumah Rakuji, Ibu Mirah Widiono)
(Salah satu contoh hasil dari JAVARA)


(Perwakilan dari JAVARA)




(Ibu Negla, Perwakilan dari APP)

Dan saat disana, mata kita akan dimanjakan oleh mini exhibition dari beberapa produk non hutan yang ditampilkan oleh Javara dan Rumah Rakuji. Javara yang mmerupakan produk unggulan dengan berbagai varian kopi dan juga olive oil serta mie wortel. Serta untuk rumah rakuji, semua tenunan ini keren-keren banget. Seperti karpet linen bambu, Bemban tas laptop. Alhamdulillah waktu itu aku full ilmu banget dan menjadi semnagat terbarukan lagi menjaga kelestarian hutan dengan fokus pada skill yang aku miliki sekarang, untuk bisa menuliskan usaha-usaha terdekat dalam melestarikan hutan. Semangat buat menjaga bumi tercinta demi masa depan cucu-cucu kita. Berbagi pengalaman soal hutan atau hasil hutan itu sendiri bagi temen-temen di kolom komentar yaa. Terima kasih sudah membaca.



1 komentar

  1. Karena kita alam jadi rusak. Kalau ikutan diskusi kaya gini. Pemikaran kita berubah.

    BalasHapus