Meja Lipat Al-Qur'an - Kenangan Terbaik dari Papah

maman-acip-papah-grandys
Sehat selalu papahku. Dokpri

"Kak, papah bikinin meja Qur'an ya"

Wah serius banget papah, waktu itu gasadar kalo meja Al-Qur'an ini bakal jadi barang terkenaaaaaang sepanjang masa. Dia ada sejak aku SMP dan masih di Karawang.

Awal bikinnya itu karena sebenarnya Papahku sangat bertalenta untuk bebikinan dari kayu kayak gini. Pernah bikin Asmat dari gelonggongan kayu yang panjang itu dan dipajang di rumah. Trus suka bikin gantungan kunci diukir-ukir, dulu bikin nama kita sekeluarga dan pernah bikinin aku gantungan tempat pensil, bentuknya bunga matahari tapi aku udah ngga tau hilang kemana.


maman-acip-homemade
Papah bikin sendiri. Keren ya!


Yes, sangat berbakat sekali papah itu kalau soal ukiran dan kayu. Basic kehutanan, membuat papah jadi jatuh cinta soal tanaman, kayu, pohon. Misal di jalan lagi lewat, aku suka iseng tanya, pah ini pohon apa ya. Biasanya sama papah akan dijawab namanya (kalo inget sama nama latinnya) dan sering ditambahin sama umurnya. Apalagi kan banyak ya pohon di jalan raya yang usianya udah puluhan bahkan ya bisa ratusan tahun, papah bisa ngebaca loh. Amazing memang.

Baca Juga: Cerita Banjir di Kalangsuria Rengasdengklok

Sama seperti jatuh cintanya agar tetap tertambat di hati anak-anaknya, maka aku dan adikku diambil dari nama pepohonan. Aku Grandys artinya kayu jati, adikku Ginandra artinya kumis kucing. 

So, untuk meja Al-Qur'an ini, aku sambil nulis ini, jadi inget alasan papah saat ngebuatnya. Katanya daripada beli di luar, papah juga bisa bikin. Dan beliau lihat dari contoh aja trus langsung praktik di rumah.

Cerita soal Si Meja Lipat


meja-lipat-homemade

meja-alquran-homemade
Dilipat kayak gini

meja-lipat-legendaris
(Kalau buat taroh buku jadi segini)



Kenangan yang selalu hadir adalah saat aku pindah ke SMA Nganjuk, meja ini masih ada dan selalu aku selamatkan. Trus saat aku kuliah di Malang, meja tersebut menemani aku buka laptop juga selain meja Al-Qur'an. Lulus kuliah, aku ngga lupa selalu bawa meja Al-Qur'an ini untuk pindah ke Bandung tempat aku bekerja selama 4 tahun.

Selama masa bekerja menjadi Staff produksi, si meja ini jadi saksi-saksi di mana aku struggle untuk mengelola keuangan semasa single. Dia yang jadi saksi banget karena itu barang selalu ada dan saat aku menikah, pindah ke Tangerang, meja Al-Qur'an ini masih aku bawa juga. Masya Allah tabarakallah. Tapi suami ngga pernah sih nanya, padahal warna dari kayunya sudah bercampur dengan berbagai macam noda sop, makanan, minyak dan sebagainya. 



maman-acip-profil
Papahku lagi bebikinan di rumah

Meja yang jadi saksi saat hati aku sungguh tidak tenang, gelisah dan kalau aku ngetik-ngetik di laptop juga selalu aku manfaatkan sebagai alas. Meja Al-Qur'an ini sebagai bentuk kalau aku rindu sama papah. Meja yang bisa dilipat dan selalu multifungsi untuk aku pakai dalam segala keadaan. Dari jaman aku masih polos, sampai sudah bermotif sekarang, meja itu masih ada..begini penampakannya teman-teman.

Baca Juga: Cerita Waktu Papah Ambil Pensiun

Kadang juga sering aku pakai sebagai alas penyaji makanan di kamar kalau suami mau makan. Soalnya kita berdua jarang banget makan di meja makan, mungkin karena berdua ya. Tapi aku bersyukur banget di titik aku nulis ini, ngga nyangka punya barang sememorable itu. Papah sangat berbakat dan segala bisa, sampai meja aja ngga pernah rusak dan masih awet sampai sekarang. Semoga aku bisa terus pakai, selalu aku simpan dan aku kenang seumur hidupku, menjadi saksi betapa rasa cinta dan kasih ayah terhadap anaknya begitu nyata dalam bentuk pahatan serta bentuk meja yang bisa aku pakai untuk apapun. Terima kasih papah.

Tidak ada komentar

Posting Komentar