Memiliki Inner Child Tidak Selalu Buruk

cerita-inner-child
(Aku menulis soal inner child, pengen juga tanya kepada adikku soal inner child dirinya. Dokpri)



"Kamu sih marah-marah terus, kayaknya ada yang ngga selesai sama masa lalu kamu deh. Atau kamu itu ada Innerchild yang belum tuntas"

Celetukkan itu pernah aku dengar saat mendatangi kajian beberapa tahun lalu, aku sebenarnya lagi nguping aja sih, cuma jadi teringat terus kata-katanya. Hal tersebut membuat sebuah kondisi innerchild adalah bentuk trauma buruk yang terjadi pada seseorang di masa lampau.

Baca Juga: Sebuah Resolusi di Tahun 2018

Sehingga aku pernah ikut berupa kelas penyembuhan luka bersama couple prenuer di Bandung dulu dan ikut mendengarkan podcast bertema Innerchild, tapi aku kayak masih gamang aja gitu sama definisi dan kondisi aku sekarang ini apakah sudah berdamai dengan innerchild. Apakah innerchild memang sangat buruk hingga perlu dihapus atau dilupakan? Menjawab kondisi tersebut, alhamdulillah sesuai dengan tema ODOP bersama ISB kali ini adalah soal Innerchild dan langsung mendatangkan narasumber profesional bersama Kang Dandi dan Teh Diah di acara zoom Sabtu siang hari kemarin.

Mengenal lebih dekat Inner Child

Aku happy banget ketika bisa ikutan zoom bersama Dandiah Care ini dibawakan langsung oleh teh Diah dan kang Dandi tentang Inner Child. Aku merasa benar-benar clear di sini karena sebelumya kayak bingung gitu loh, ini tuh inner child atau bukan, atau cuma perasaan sensitif aku aja.

Segala sesuatu yang berdekatan dengan issue kesehatan mental dan ke-trigger akan sesuatu hal, pasti akan berujung kepada inner child. Padahal inner child itu sendiri adalah kejadian di masa lalu baik kejadian baik dan buruk yang kita alami sejak usia 15 tahun hingga usia 21 atau 24 tahun.

Apalagi jaman-jaman yang sudah membudaya soal mental health, mental health issue dan juga healing process pasti sudah tidak asing lagi terdengar, ya. Inner child ini sendiri sangat berhubungan sekali dengan kualitas dari mindfullness, dan besar dipengaruhi oleh masa lalu agar kedepannya dapat menjadikan sebagai value di masa depan.

Inner child sendiri didekatkan oleh psikoanalisa dan dibarengi dengan psikologi positif. Yang seperti dibilang, ada sesuatu yang belum selesai di masa lalu, inner child nya muncul dan luka pengasuhan yang salah, bukan saatnya untuk mencari siapa yang salah siapa yang benar. Yang ada adalah untuk sama-sama bisa mengenali apa saja inner child masing-masing dari kita lalu dianalisa dan diubah untuk dapat membuat diri kita jadi pribadi yang memiliki value dan potensi luar biasa di masa depan.

Inner child pada diriku

Langsung kepada mengenali inner child yang aku coba untuk digali sendiri dan pernah juga dikupas saat kelas cleansing pada tahun 2017 di Bandung. Aku ini karena besar jauh dari sosok Ayah, aku ini merasa sangat kesepian, tidak ada sosok ayah secara real life di dunia karena papah hanya pulang setahun dua kali dan durasinya paling lama 2 minggu di rumah.

Ada waktu-waktu kosong, seperti saat wisuda kuliah Papah tidak hadir, kalau inget itu rasanya hati aku sedih aja gitu. Dan aku mulai bisa menerima bahwa ya hal itu dilakukan papah karena demi anak-anaknya. Lalu luka yang paling aku rasakan adalah saat masa-masa SMP, SMA dan Kuliah. 

Aku saat itu merasa tidak PD karena fisikku tidak cantik, mngalami jerawat puber yang sampai diolok-olok teman laki-laki bersamaan dengan kondisi fisikku yang bongsor. Aku disebut Atun, namun mereka akan berteman dengan aku ketika mereka ada maunya. Saat ada kerja kelompok, mereka akan mencariku, ketika ada PR mereka akan tanya-tanya seolah menjadi teman dalam satu malam. Selepas itu, ya sudah, aku menjadi merasa dimanfaatkan saja, tapi mereka tidak tulus berteman denganku.


Aku jadi kurang banyak berteman dan terganggu dalam urusan sosialisasi. Aku sedikit menjadi pemalu dan tidak percaya diri, sehingga saat awal bekerja di tahun 2014-2015 aku memberanikan diri mengikuti ajang pencarian bakat untuk menjadi model muslimah. Aku diantar mamah untuk ikut babak test dan penyelisihan di Ciwalk Bandung dan juga di Karawang (Azzura Model Karawang).

Kalau inget itu, aku baru sadar kemarin, bahwa aku butuh sebuah pengakuan bahwa aku ini layak, aku ini ngga jelek-jelek banget lho, aku juga bisa oke kalau di foto, ngga malu-maluin dan memiliki bakat untuk bisa tampil di depan kamera. Masya Allah, berarti aku seperti membayar inner child ku saat itu, ya.

Inner child dalam dunia pernikahan dan pola asuh

Setelah ikut webinar teh Diah bersama kang Dandi, Inner child saat masuk dunia pernikahan dan pola asuh itu gampangannya seperti ini.

Kita orang dewasa usia 30 tahun namun secara usia mental 10 tahun dan berhadapan dengan anak kita yang usia nya katakan 10 tahun secara masehi dan mental. Ketika luka pengasuhan ini tidak dibayar habis, maka akan timbul permasalahan baru kepada si anak berupa luka pengasuhan kembali.

Makanya tidak heran dari konteks ini, akan ada orang tua durhaka dan anak yang durhaka. Kita memiliki potensi untuk itu, namun kita bisa memilihnya untuk tidak jadi keduanya. Karena sesungguhnya kita belum menjadi happy child saat itu. Karena saat kita menikah, kita akan mengalami interaksi secara interpersonal. Apabila kita sudah sukses berinteraksi secara intrapersonal dengan diri kita, maka relasi dalam sebuah pernikahan akan lebih smooth. Kondisi ini juga dipengaruhi sekali dengan egosentris diri kita, ketika ego kita tinggi maka ada kemungkinan ada unfinish issues.

Inner child sendiri terdiri dari 3 sisi, ada adult state, ego child and free child. Untuk adult state ini tuh jarang dia merasa bersenang-senang, bawaannya selalu serius dan saat bersenang-senang ngga bisa plong. Sedangkan untuk ego dan free child ini lebih kepada mementingkan diri sendiri dan tidak mauu berbuat apabila orang tersebut tidak berbuat apa-apa ke diriya sendiri. Apalagi saat sudah menikah, ia memilih berlama-lama untuk touring atau dikit-dikit touring karena jiwa bebasnya masih bercokol dalam dirinya dan belum finish waktu ia masih remaja.

Ternyata banyak sekali insight yang bisa aku dapatkan dari webinar zoom bersama teh Diah dan pak Dandi kemarin. Aku jadi bisa mengurai apa saja atau salah satu inner child ku yang bisa aku tuliskan di sini. Semoga aku benar-benar bisa ikutan workshop nya teh Dian dan pak Dandi soon, karena kepengen banget ikutan. Buat teman-teman yang mau kepo lebih lanjut, silahkan klik link di sini yaaa. 

Oya kira-kira ada yang mau ceritain pengalamannya soal Inner child? Boleh banget, yaa silahkan komentar di bawah ini.


Tidak ada komentar

Posting Komentar