Diary Onlineku Selama Pandemi Covid-19: Seba-Serbi Rasa


catatan untuk kenangan saat pandemi covid-19
(Gambar hanya sebagai pemanis hasil belajar Ngacanva. Dokpri)

Awal pandemi menerjang, semuanya tidak bisa berkata "im okay with this situation". Mungkin sebagian dari kalian tau bahwa aku sekarang benar-benar keluar dari zona nyaman. Dimana awalnya aku sudah nyaman dengan aku berpredikat sebagai seorang karyawan di perusahaan swasta.

Kalo dibilang, mungkin aku ga akan sekhawatir ini buat memikirkan kesejahteraan. Balik lagi, disini aku ga menjelekkan gimana suamiku untuk memberikan nafkah ya, disini aku bercerita, menumpahkan isi hati dan pikiran aku yang udah 2 tahun ini tidak bisa berkesudahan tentang woman empowerment, tentang diriku sebagai wanita.

Mengawali hidup baru sebagai seorang penulis, apakah salah?

Ada rasa sesal, apalagi ada seseorang terdekat yang menyayangkan hal itu untuk aku akhiri dan itu kembali semua pada pilihanku. Akhirnya aku melewati masa-masa menjalani kesenangan aku menulis, membuat hal-hal bisa menjadi lebih hidup melalui cerita, membagikannya di sosial media hingga tanpa disangka aku menjadi seorang blogger.
Sebuah profesi yang awalnya kukira ya sebatas memiliki blog pribadi dan tidak bisa membuat scale up kepada diri. Aku menjalani itu selama 2 tahun kurang hingga 2020 Desember nanti. Ternyata banyak sekali pelajaran hidup, kesempatan yang luar biasa, yang mungkin tidak akan aku dapatkan jika tidak menulis.

Ketika pandemi itu datang, semua wish list, semua target untuk tahun 2020 hancur berkeping-keping. Kesedihan itu membawa aku pada sebuah kenyataan bahwa kita bisa merencanakan namun Allah lah yang berkehendak.

Lagian emang siapa yang sangka bahwa pandemi ini datang dan membuat seluruh dunia menjadi jungkir balik? Sistem ketahanan lalu perekonomian, sudah pastilah terdampak. Lalu perlahan dengan sekuat tenaga yang aku bisa, aku bangga sebagai diri aku saat ini, yang bisa survive di tengah keadaan yang mungkin siapa saja merasa muak dengannya.


Pandemi membuat siapapun merasa muak

Menerima bahwa aku tidak lagi datang pada event-event offline, dan menjadi sangat jarang buat bisa ikutan event online. Namun membuat aku tidak berdiam diri, ada sebuah moment dimana aku seharian itu menangis sejadi-jadinya, ga ngerti ada yang salah sama diri aku sendiri.
Merasa bersalah, kenapa memilih ini, toh aku tidak lagi memikirkan diri aku sendiri, aku memikirkan keluarga kecilku, walaupun aku sudah sangat ingin dikaruniai seorang anak, namun belum kunjung juga. Kesakitan itu aku tepis dengan mencoba memperbaharui CV dan juga profil Linkedln ku lagi, mencoba sebuah peluang baru.

Mencari peluang baru dengan terus update skill

Sampai di tahap sepertinya peluang baru itu sudah di depan mata, namun ternyata Allah berkehendak lain. Dan aku tidak patah semangat, aku mengikuti berbagai macam pelatihan dan webinar yang diselenggarakan oleh beberapa instansi secara online. Lalu aku mencoba juga mendaftar kartu Prakerja lagi setelah gagal kedua kalinya, alhamdulillah bulan Agustus aku diterima.

Semua pelatihan untuk Kartu Prakerja itu bagus-bagus dan aku selaraskan dengan minat aku dan ingin lebih profesional lagi pada bidang marketing, khususnya digital marketing. Sehari-hari sudah terbiasa terkonsep dengan membuat konten pribadi, tak ada salahnya untuk mencoba pengalaman baru menjadi seorang digital marketing, content planner atau copy writing di sebuah tempat.

Tempatnya dimana? Ya aku sendiri belum tau haha! Intinya dimanapun tempatnya aku bisa memberikan skill yang ternyata bisa aku tekuni, walaupun berbeda sama sekali dengan background aku semasa kuliah.

Kesempatan untuk mencoba memperbaharui skill itu datang, namun.....belum waktunya

Aku butuh beberapa saat untuk berdamai bahwa saat ini aku sudah memilih jalur ini, artinya sanggup menjalani proses belajar terus menerus dan tidak menyerah dengan rintangan apapun. Hingga ada lagi kesempatan dimana ketika aku selesai kelas copy writing, aku mencoba membuat sebuah assignmet perusahaan di SG.

Aku terapkan semua ilmu yang aku dapat dari kelas copy writing yang diselenggarakan Skill Academy, dan merasa takjub bahwa makin lama aku seperti haus akan ilmu, banyak ilmu yang bisa aku pelajari daripada terus melihat kapan pandemi ini akan usai?

Walaupun hasilnya aku pasrahkan lillahi ta'ala sama Allah, setidaknya aku pernah memiliki pengalaman yang luar biasa. Ditambah Komunitas ISB (Indonesian Social Blogpreneur) founder-nya teh Ani Berta yang begitu inspiratif ini membuka kelas, yaitu ISB Course.

Aku menjadi siswi di ISB Course 2 dan mengikuti setiap pertemuan bersama teh Ani Berta sebagai mentor langsung selama satu bulan dengan pertemuan tiap minggunya sebanyak 2x. Lain postingan akan aku bagikan ya mengenai kelas ISB Course ini.

Pernah ada satu waktu rasanya aku hanya ingin rebahan, menggunakan daster yang sudah belel dan juga rombeng, tanpa make up hingga lupa kapan terakhir kalinya pakai foundation. Kerjaanku hanya rebahan, nonton Netflix sampai akunya sendiri begah.

Di titik itu, aku beralasan dengan Netflix, aku bisa menambah konten di blog dari review film, tapi disisi lain aku merasa denial dengan keadaan yang menurutku ga baik-baik saja ini. Lalu aku bangkit dengan mencoba berjualan daster sambung dan jilbab bergo yang alhamdulillah dapat di respon pasar dengan baik.


Mencoba gaya hidup baru namun lagi-lagi......gagal

Hingga aku mencoba bercocok tanam hidroponik dan itu gagal, membuat aku berlipat-lipat sedihnya. Apalagi merasa insecure ketika melihat teman-temanku yang sama-sama membuat hidroponik tapi bisa berhasil. Akhirnya aku hiatus dan beralih ke tanaman indoor seperti Sansivera, Janda bolong, dan Calathea, itu pun masih dalam jumlah sedikit, karena saat ini harganya jadi naik gila-gilaan.
Yang membuat aku nambah sedih itu justru orang-orang terdekatku yang seharusnya (iya sudah seharusnya) mengerti (walaupun gabisa maksa orang buat ngertiin kita) itu malah menyakiti demi sedikit hati aku.

Orang-orang terdekat membuat high pressure tak berkesudahan

Aku ga ngerti ya, ini namanya rasa sensitif atau aku terlalu baper, soalnya sudah keterlaluan. Contohnya, tepat di hari raya Idul Fitri, kami berdua memutuskan untuk tidak membeli baju lebaran, lalu ini selalu dibahas dan sampai ke telinga orang lain, itu membuat nama suamiku jadi buruk dan dianggap aku tidak dibelikan baju lebaran.

Padahal, aku sudah ditawarin, tapi aku mau kalo lebaran kali ini kan kita ga kemana-mana dan toh baju lebaran yang tahun kemarin masih sangat bagus dan tidak ada yang bolong, ya kenapa ga dipakai lagi aja. Uangnya buat dana darurat selama pandemi ini. 

Aku menangis dan hatiku rasanya sakit, kok bisa ya seperti itu, walaupun dengan dalih sunah kalo memantaskan pakaian disaat hari raya dengan baju baru, tapi ini kondisi lagi tidak normal lho, ini kondisi lagi pandemi dan banyak orang buat makan aja kesulitan.
Lalu untuk jalan-jalan, ya memang refreshing kala itu ke Bandung menjadi sebuah moment yang bisa gayeng satu keluarga tapi di satu kondisi lain, aku dan suamiku belum bisa seperti itu, ya kami hanya menurut, walaupun untuk sesi berikutnya, aku juga diajak namun menolak dan sudah engga mau ikut, karena ya mending diam di rumah ngapain harus jalan-jalan lagi.

Urusan financial, ya memang aku juga tekankan, mending dipakai buat kebutuhan makan, minum dan bayaran rutin bulanan dimana aku udah di rumah sendiri, memangnya uang bayar listrik, PDAM, Wi Fi itu pakai daun? Lalu buat dana darurat juga, hingga rasanya aku ingin meledak...

Selain itu aku merasa bangga, ketika pagi tadi, ada cuitan yang relate banget dengan proses menjalani bisnis (lagi) yang lebih serius berdua sama suami. Dan ide ini digagas penuh dari suami, yaitu membuka kedai minuman seperti kopi kekinian dengan brand Ngupi.

Keberanian itu timbul dengan pasrah aja sama Allah, karena yakin pintu rezeki akan dibukakan melalui jalan berdangan, seperti ajarannya Rosulullah SAW. Tepatnya di akhir bulan Juli deh kita memantapkan diri pelan-pelan dari varian Brown Sugar Latte hingga kini merambah ke Susu dan ada juga varian jejamuan, yaitu Mpon-Mpon aku merasa bangga dan salut sama suamiku.

Ini cuitan Tweet nya kak @Miund (8 September 20:44 WIB)

"Senang sekaligus takjub lihat teman-teman yang di masa pandemi gini malah berani berbisnis. Kalian luar biasa, nggak nyerah sama keadaan, nggak marah sama takdir. Kayaknya kualitas mental memang diuji dan mereka yang tahan bantinglah yang bertahan :) Semangat gengs!"
Kontan saja aku langsung membalas dengan RT with comment

"Pagi-pagi baca ini aku merasa bangga sama diriku sendiri, terkhususnya buat suamiku...."
Belum lagi banyak ulah dari beberapa orang-orang di social media yang membuat aku enggan untuk melihat sosmed kecuali untuk urusan pekerjaan dan intip-intip sesekali. Ada yang bilang A B C soal Covid-19 lalu grafik kenaikan angka dari penderita Covid-19 yang kadang ya Allah............

Buka kesempatan sebesar-besarnya saat pandemi ini untuk melatih daya tahan survive atas hidup yang terkadang tidak mudah ini. Oiya aku lupa bahas kalo ikutan banyak kelas yang bikin aku mencoba pengalaman baru di dunia digital. Beberapa diantaranya adalah aku ikuta kelas Podcast dari Siberkreasi dan juga kelas Triple C untuk mendesign Canva dalam level extend atau mahir.

Kalian punya unek-unek dan ingin tumpah ruah sama kayak postingan aku gini, sok monggo, silahkan berkomentar yang sopan lagi santun ya di kolom komen di bawah ini! Terima kasih sudah membaca dan bisa diambil yang manfaat, dan buang yang dirasa negative :)

23 komentar

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. tengkyu ya mba, boleh saja hehe berpendapat seperti itu..tapi tujuanku nulis diary online ini sebagai rangkuman aja yang mungkin kesannya jadi melompat-lompat alurnya, kalo buatku ya hanya sebagai catatan sejarah pengingat bahwa aku telah melalui A B C. Sempat aku mention sebelumnya kalo akan ada postingan khusus terkait satu dua hal diatas yang memang blogpost nya terpisah. Terima kasih

      Hapus
  2. aku kok jadi pengen menuliskan juga uneg-uneg selama pandemi ya ... tapi ada rasa takut karena ada protes ke salah satu provider ... hehehhe... ya sudah dibuat sebaik mjngkin saja bisa diambil yang positif saja ...menginspirasi menuangkan rasa yang terpendam ...

    BalasHapus
    Balasan
    1. hayuu bikin, bahasanya dibuat sesoft mungkin tanpa menyebutkan label sebuah brand juga. Aku diatas itu tidak menyebutkan sisi personalnya orang yg bikin aku gregetan hehe, tapi bisa jadi pelajaran untuk dibagikan

      Hapus
  3. uh jadi pemgen nulis diary saat liat postingan ini

    BalasHapus
  4. Diary memberikan semangat buat aku juga. Mencoba untuk berbagai hal meskipun belum bagus banget. Tetap mau belajar dan berusaha konsisten juga alhamdulillah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. hal yang membuat kita terus bergerak memang sepatutnya kita apresiasi dan terus disyukuri kak

      Hapus
  5. Semangat mbak. i feel you ketika orang2 terdekat menyayangkan keputusan kita, sedih ya. Aku juga lebaran krmn ga beli baju lebaran, lagian di rumah aja ga kemana2. Sholat ied aja di rumah huhu..btw, pengen belajar design di canva juga ihh

    BalasHapus
  6. Tulisan curhat totalitas ini namanya ya �� semoga Allah berikan kita semua kekuatan dan kesabaran menghadapi pandemi begini. Ambil hikmah positifnya aja karena kita g sendiri dan pasti bisa melewati ini bersama. Jadinya Grandys makin pinter dong ini itu nya

    BalasHapus
  7. Kalau boleh tahu gimana mbak pengalaman copywriting nya? karena saya jg sempat belajar copywriting tapi belum berani apply ke perusahaan-perusahaan gitu heheh

    BalasHapus
  8. Mbaak...unek-unekku selama pandemi buanyaaak juga...membaca tulisan ini aku jadi terfikirkan buat menulisnya juga .heheheh

    BalasHapus
  9. Kereen... Orang yang sukses selalu mencari jalan keluar dari setiap situasi... Orang yang gagal selalu mencari-cari alasan... Bravo mbak grandis... Inspiratif

    BalasHapus
  10. Mbaa..aku juga ikutan kelas Podcast Siberkreasi looh..udah buat podcast blm mba?

    Salam kenal ya mba

    BalasHapus
  11. Garis takdir memang sudah tertulis, tapi kalau kita tidak berusaha membaca dan menggapai nya maka akan tetap seperti itu, stagnan tidak berubah. Semangat kaka

    BalasHapus
  12. Toss mbak, entah sudah berapa tahun keluargaku tidak membeli baju lebaran, baju lebaran kami masih bagus dan jarang dipakai. Soalnya waktu itu kami beli baju kembar buat keluarga. Alhamdulilah tidak ada yang protes, soalnya memang nggak kemana-mana. Tapi kami membeli baju memang seperlunya saja. Kalau butuh baru beli. Pelajaran di Skill Academy bagus-bagus ya mbak? aku nggak ikut kelas prakerja, soalnya sudah kerja sih.

    BalasHapus
  13. Aku seneng bisa baca tulisan ini. Emh, memang pandemi ini sesuatu banget. Kaya momentum yang mengubah banyak hal. Gara-gara pandemi, bisnis digital dan konten digital semakin menarik untuk digeluti. Moga-moga saja akan semakin banyak orang kreatif :)

    BalasHapus
  14. iyaaa, kadang dari tulisan corat coret di diary itu muncul ice tema untuk membuat sebuah cerpen ataupun puisi, bravo, salam odopers kakak

    BalasHapus
  15. hallo kak, salam kenal yaa
    Baru kali ini BW ke tempat kakak.
    Aku suka banget sama header dan ilustrasinya (gagal fokus uy).

    Betul banget kak, ini situasi global yang terjadi. Baca tulisan ini jadi lebih semangat buat mengupgrade diri sendiri dengan berbagai macam kursus online yang ditawarkan.

    Makasih sudah berbagi kak dan tetap semangat yaa

    BalasHapus
  16. cupcup... peluk jauh
    masa pandemi ini emang menguji segala tingkat kesabaran kita. tapi aku masih percaya sampai saat ini, suatu saat nanti kita akan throwback ke masa sekarang dan merasa bangga berhasil survived melewati masa ini

    BalasHapus
  17. Mba grandys salah satu inspirasi juga loh buat aku 😊 sukses dan semangat selalu mba. Buat bisnisnya juga 😘

    BalasHapus
  18. Wah mb grandys mirip juga nih sama cerita saya ini. Era pandemi hikmmahnya juga banyak ya

    BalasHapus
  19. Semoga pandemi segera.berakhir.ya mbak

    BalasHapus