Seni Berbuat Baik - Belajar Berbuat Baik dengan Baik


grandys-diary
(Sama-sama belajar untuk terus bisa berbuat baik dengan baik. Dokpri)


Pagi hari, paru-paru sudah dipenuhi dengan udara khas Rengasdengklok yang walaupun tidak sejuk tapi cukup menentramkan. Saat akan memulai cerita soal belajar berbuat baik dengan baik, aku banyak berwisata masa lalu untuk semakin mengerti apa hakikatnya orang berbuat baik.

Aku juga mencari pendapat dari beberapa orang terdekatku tentang berbuat kebaikan ini. Simple aja sih, kalau suami dan papahku adalah orang yang sama-sama mengutamakan logika. Sehingga berkelakuan baik adalah dengan tidak membuat perkara atau permasalahan dengan orang lain yang sampai menyakiti hatinya. Sebaliknya, jika ada yang berbuat tidak baik kepada kita, cukup kita doakan dan biarlah Allah yang membalasnya. 

Berbuat baik ini sebenarnya luas sekali ya pembahasannya, kalau aku di sini akan membahas seputar memberikan sebuah kebaikan dalam bentuk sebuah bentuk pemberian. Kalau aku pribadi berbuat baik yang berhubungan dengan orang lain diantaranya seperti membalas kebaikan orang lain, memberikan informasi yang sangat bermanfaat seperti menulis blog dan kebetulan orang tersebut sangat terbantu oleh postingan kita, memberikan semacam kado atau bingkisan sebagai tanda syukur atas sebuah pertemanan atau networking yang sudah terbangun.

Mengulik soal memberikan kado

Menurut sumber dengan penelitian dari psikolog di Universitas Oslo, ada kondisi psikologis seseorang dalam memberikan kado dan juga saat menerima kado. Hal ini unik sekali ketika diulik, karena aku sendiri mengalaminya ketika akan memberikan kado, ada kondisi apakah dia akan suka terhadap kado yang akan aku berikan nantinya? Atau kondisi untuk mengumpulkan sebagian dana terlebih dahulu untuk bisa sampai dengan layak memberikannya dalam bentuk hadiah.

Berbeda dari sang penerima kado, yang mungkin lebih memaafkan apabila kado tersebut terlambat atau tidak tepat waktu. Dan dari penemuan ini, dapat disimpulkan bahwa sebagai pemberi hadiah kita tidak perlu khawatir yang terpenting adalah ketulusan atas kado-kado atau hadiah yang sudah disiapkan.

Sedangkan menurut Psikolog Karen Pine menjelaskan bahwa,

Pemberiah kado adalah bentuk dari pengalaman sosial, budaya dan ekonomi dalam bentuk pertukaran komunikasi materi atau sosial yang sangat melekat di masyarakat sosial dan berperan dalam menjaga hubungan sosial dan mengekspresikan perasaan.

Apapun yang sedang kita siapkan untuk bisa berbuat baik, lakukan dengan sepenuh hati, dilakukan dengan tulus dan hanya berharap kebaikan juga akan terjadi kepada kita melalui Allah. Aku sering juga sih merasa ada pikiran bahwa kalau kita sudah menerima kado, artinya kita akan membalas kado tersebut. Itu benar adanya dalam pikiran hematku, namun tentu ada faktor-faktor lainnya yang tidak bisa dibicarakan kepada orang lain bahwa kita perlu waktu untuk memberikannya.

Aku banyak belajar dari soal membalas dan memberikan hadiah ini. Yang pasti, aku sebagai manusia memang tidak pernah luput dari rasa salah dan khilaf. Namun, setiap nilai kebaikan pasti sudah Allah siapkan nilai pahalanya walaupun baru "keceletuk dalam hati". Dan Allah lah yang maha mengetahui segala sesuatunya.

Berbuat baik kepada orang lain

Ketika kita memberikan hadiah terbaik menurut versi kita, lalu kita akan memberikan kepada orang lain. Tentulah kita berharap bahwa hadiah tersebut dapat diterima dengan baik, terkadang kita berharap bahwa benda tersebut atau pemberian tersbut dapat dipakai dengan sebaik-baiknya. Namun, sebagai pemberi hadiah, kita tentu harus selalu perhatikan soal pemberian ini.

Misalkan kita lihat bahwa orang tersebut dalam menjalani hidupnya dengan amat sungguh-sungguh, dengan segala upaya untuk membuat dirinya sangat berdaya dan mandiri, ada baiknya kita memberikan dalam bentuk sebuah bingkisan yang sifatnya netral dan tidak membuat ia berpikir bahwa kita seperti merendahkan dirinya. Padahal maksud kita sebagai pemberi adalah bermaksud baik, yaitu ingin membantu.

Sama halnya juga dengan memberikan bantuan kepada pedagang yang melakukan ikhtiar berjualan. Walaupun tampaknya ia sudah tua, sangat lelah namun kita tidak tahu bahwa ia sebenarnya sangat menikmati hal tersebut saat masa tuanya. Dengan mengisi hari-harinya dengan berjualan, ia tidak mau mengandalkan anak-anaknya, namun ia tetap ingin bergerak dan juga merasa lebih sehat karena terus aktif.

Baca Juga: Kenalan Sama KIMI Yuk!

Menurut pendaptku, kita cukup membeli barang dagangannya dengan tidak perlu menawar dan dan bisa dititipkan kalau bisa datang ke rumah seminggu sekali untuk bisa berlangganan. Hal kecil namun sangat berarti untuk mereka dan insya Allah mereka tidak merasa dianggap kecil atau rendah. Memang kalau sudah berhubungan antar manusia, kita tidak bisa juga menakar sedalam mana hati mereka. Seberapa cinta mereka atau seberapa benci mereka, kita hanya bisa berasumsi dan memberikan perilaku yang sangat hati-hati agar cukup meniminalisir rasa sakit hati mereka.

Pengalaman pribadi aku sendiri, aku pernah sama suami melakukan Jumat berkah dengan berbagi-bagi nasi di malam hari habis magrib di jalanan seputar kota Tangerang. Aku memberikan kepada seorang bapak-bapak penjual kopi keliling, yang kupikir mungkin ia belum makan malam dan dengan memberikan nasi ayam ini sedikit membantu ia untuk makan malam. 

Saat tangan ini memberikan nasi ayam tersebut, tatapannya seperti datar dan aku langsung merasa tidak enak hati. Aku takut menyinggungnya dengan menganggap bahwa ia tidak mampu membeli makan berupa nasi ayam. Lalu aku sampaikan juga ke suami, lalu dari situ kita jadi belajar bahwa tidak semua yang berada di jalanan bisa kita treat seperti itu. Dan next nya untuk Jumat berkah ini akan aku lakukan untuk lebih bisa memilah lagi dan bisa juga disiapkan di meja depan rumah, untuk yang sedang membutuhkan silahkan ambil dengan gratis.

Berada di dua sisi

Tulisan ini sebagai media pengingat aku sendiri, bahwa terkadang kita akan menemukan kondisi atau posisi yang jadi serba salah. Sudah melakukan yang menurut kita baik, kita melakukan dengan sepenuh hati lalu penerimaannya tidak sesuai yang kita bayangkan. Ditolak atau bahkan adanya komplain dan belum lagi kita ngga bisa mendalami hati seseorang, apakah benar-benar suka atas semua perlakuan dan sikap kebaikan kita.

Baca Juga: Sering Merasa di Kondisi yang Serba Salah

Untuk itu, aku terus menyemangati bahwa tidak ada yang sia-sia untuk melakukan kebaikan. Mungkin bentuk balasannya tidak terjadi di hari ini secara langsung, ada di depan mata kita. Bisa jadi bentuk kebaikan itu akan diberikan kepada keluarga, anak-anak atau cucu-cucu kita nantinya. Sungguh, kompleks memang jika melakukan hubungan sosial. Itulah, hubungan sosial dan networking ada seni nya dan bagaimana kita bisa melewatinya, menjalaninya dan terus menjaga hubungan baik dengan orang lain.

Sedikit bercerita soal pengalaman aku ini, ada teman-teman yang ingin membagikan kisah pengalamannya soal berbuat baik ini kah? Share yuk di kolom komentar. 







24 komentar

  1. berbuat baik aja dulu, karena kebaikan pasti akan membaikan, kira-kira begitulah yang aku yakin hingga saat ini

    BalasHapus
  2. Terkadang saat kita bermaksud baik terhadap orang lain, dia atau mereka malah menatap/ berpendapat penolakan ya. Serba salah jadinya, mesti dibantu atau ga. Karena bisa jadi misalkan nih kelihatan tampang pengemis, eh tau2 dia orang kaya, kan ga lucu jadinya. Mesti dipilah2 lagi mungkin ke depannya, Grandys. Aku dan suami juga ga mau keki bikin hati ngenes.

    BalasHapus
  3. Wah, memang kadang kita berniat baik tapi penerimaan orang beda2 yah mbaaak
    Jadi suka gak enak hati jadinya, aku juga pernah ngalamin soalnya

    Tapi menurutku sih yang penting kita benerin niatnya aja dulu, masalah penerimaannya kayak gimana ya udah lah pasrah aja, jangan sampai mengurungkan niat kita untuk tetep berbuat kebaikan yaaah

    BalasHapus
  4. Terlalu memikirkan penerimaan orang nantinya bagaimana itu kadang bikin pusing juga ya. Tidak semua akan sesuai harapan kita.
    Yang penting adalah pikiran tetap positif dan berbuat baik saja dengan ikhlas. Yup, aku juga percaya tidak ada yang sia-sia untuk melakukan kebaikan.

    BalasHapus
  5. kadang aku cuma menekankan just do it, sepanjang niat kita tulus karena kadang tidak harus berpikir tepat atau tidak tepat yang justru nengurungkan niat kita berbuat baik.
    kayak misalnya ada yg minta2 trus kita mikir berklai2 ini kok kayaknya sehat, atau yg minta sedekah utk bangun masjid dll tapi kok di luar sana banyak yg tipu2 ...yah jadinya batal deh. Bismillah aja, semoga Allah sampaikan kebaikan kita kepada yg semestinya

    BalasHapus
  6. Berbuat baik pada orang lain, sebuah perenungan ini. Soal yang Jumat Berkah...pengalaman pernah, ada yang terima sampai beberapa, jadi merasa biasa si penerima, bahkan nolak karena udah makan katanya. Gimana kalau kadang hari lain aja ya, biar ga numpuk di hari yang sama..hm
    Tapi apapun itu kalau dari sisi pemberi yang penting keikhlasan kita.

    BalasHapus
  7. Makasih remindernya, ini buat aku juga. Terkadang memang baik buat kita belom tentu baik yang lain. Buatku sekarang tetaplah berbuat baik, namun sewajarnya sesuai dengan takarannya dan kebutuhannya. Semoga kita semua ga lelah untuk terus berbuat baik yaaa.

    BalasHapus
  8. Makanya aku kadang suka bingung klo mau kasih hadiah. Takut gak berkenan. Malah jadinya aku lebih baik tanya dulu mereka butuh atau lagi pingin apa.

    BalasHapus
  9. Iya ya mbak, ternyata berbuat baik nggak semudah itu ya
    Emang kita juga harus lihat situasi ya saat akan berbuat baik
    Makanya penting buat tahu seni berbuat baik ini

    BalasHapus
  10. Duh Grandys, aku juga pernah loh begitu
    "sok" berbuat baik tapi... salah sasaran! Aku maluuuu sampe sekarang, dikira menghina malah

    well aku sekarang belajar menyalurkan hanya kepada yang tahu saja, pengalaman pahit banget buat aku

    BalasHapus
  11. Mungkin wajah bapak itu memang begitu kak..datar dalam situasi apa pun hehe.. Tetep semangat positif thinking dan terus berbuat baik ya..

    BalasHapus
  12. Iya mbak, kadang kita sudah berupaya berbuat baik, tapi penerimaan orang lain belum tentu baik juga. Nggak cuma pemberian berupa barang, bahkan bantuan dalam bentuk tenaga/pikiran pun kadang bisa disalah artikan. Membantu dengan tenaga, dikira mengharapkan imbalan berupa uang.

    BalasHapus
  13. benar mbak, saya sering sekali mendengar tentang hikmah dari berbuat baik, karena sesungguhnya ketika kita berbuat baik kepada orang lain sebenarnya kita sedang berbuat baik kepada diri sendiri

    BalasHapus
  14. Aku tuh percaya kalau kita berbuat baik, maka apapun yang akan kita jalankan akan dimudahkan apalagi kalau kita mempermudah urusan orang lain. Ini juga salah satu cara untuk berbuat baik dengan baik.

    BalasHapus
  15. Satu hal yang tidak akan pernah disesali dalam hidup adalah berbuat baik. Dan menurut aku, berbuat baik itu cuku berbuat baik saja, tidak perlu berharap ada balasan dari Allah berupa kebaikan dari orang lain kepada kita atau keluarga kita. Sedikit saja ada pamrih di dalamnya, akan merubah esensi dari berbuat baik itu sendiri :)

    BalasHapus
  16. Ketika kita berbuat baik, memang penangkapan orang berbeda-beda banget, ada yang seneng, ada juga yg kesannya gimana.

    Tapi apapun kita harus berbuat baik :)

    BalasHapus
  17. just do it, Allah tau hati kita. niat kita. meski nggak semua dinilai baik oleh orang lain tetep terus berbuat baik

    BalasHapus
  18. Ada banyak dan detil sekali adab dalam "memberi" dalam Islam.
    Dan aku juga baru tahu ketika ada Bapak penjual yang keukeuh minta barang dagangannya dibeli, lalu aku beri uang dan ternyata suamiku menasehati "Lain kali kalau ada yang menawarkan barang, beli. Bukan diberi uang. Mereka bukan pengemis."

    Aah..maknyeess rasanya.

    Dan suatu ketika juga ada ceramah di kajian sekolah kakak, kalau adab memberi hadiah ini juga ada bahwa ahsannya, tidak boleh seorang murid ((orangtua murid)) memberi hadiah kepada guru ((yang masih mengajar)). Karena nanti sang guru akan timbul perasaan "tidak ikhlas" dalam mengajar murid yang lain yang gak sanggup memberi hadiah.

    Sampai segitunya indahnya Islam dalam mengatur "pemberian hadiah" ini.

    MashaAllah~
    Tabarakallahu.

    BalasHapus
  19. aku pernah ngasi nasi kotak bagi2 ke jalanan. pas malem. ada bapak2 tua dorong gerobak, langsung aku kasi nasi kotak dan dia seneng banget. berikutnya ada bapak agak muda bawa karung. kupikir sama2 pemulung. pas dikasi nasi kotak, dia biasa aja. agak sedih tapi positip tingking aja mungkin bapak yg satu ini udah makan jadi dikasi nasi kotak biasa aja :)

    BalasHapus
  20. Sekarang aku belajar untuk menerima apapun sikap orang terhadap pemberian kita. Karena insya Allah orangnya menerima dengan baik atau menunjukkan ketidaksukaan misalnya insya Allah ga akan mengurangi ketulusan kita berbuat baik.

    BalasHapus
  21. aku sekrang milih beli kebutuhan harian ke teman2 yang kutahu sejak pandemi mengalai banyak penurunan penjualan, kadang harag juga agak beda, gak apalah karena saya tahu uangnya buat apa sama dia. bahkan berlangganan, jadi dia tinggal datang aja tiap pekan atau dua pekan sekali.

    BalasHapus
  22. Kadang respon orang lain bisa mengagetkan kok. Kita merasa melakukan kebaikan, tapi menurut dia malah merendahkan. Gapapa, Grandys... yang penting niat baik kita aja deh, kan tidak ada maksud merendahkan yang diberi. Soal pahala atau bukan, biar deh itu urusan Sang Maha Pemberi.

    BalasHapus
  23. Iya benar, kadang niat baik tidak selalu diterima dengan baik. Tapi tak perlu menyesal, insyaallah kebaikan akan kembali pada diri sendiri, meskipun kita tak pernah tahu kapan datangnya. Yang penting tetap pertahankan kebaikan dalam diri kita.

    BalasHapus
  24. Saya suka merasa surprise saja sama perlakuan orang lain terhadap saya, ketika berbuat baik saya tidak mengharapkan diperlakukan baik pula, karena kalau berharap dan tidak sesuai suka sakit hati hehe

    BalasHapus