Social Distancing Dalam Masa Pandemi Covid-19. Mana Yang Sudah Dilakukan?

sosial dan physical distancing cegah corona
(selama masa covid-19 yuk lakukan physical distancing. Dokpri)

Hari pertama melakukan ibadah puasa bagi umat muslim merupakan pengalaman pertama kalinya dengan tidak ada acara untuk datang ke rumah orang tuaku yang ada di Karawang karena selain diterapkannya social dan saat ini physical distancing, pemerintah melarang kita-kita semua ini untuk mudik.

Sehingga penerapan PSBB di beberapa wilayah kota sudah diterapkan, untuk saat ini yang sedang kita kerjakan dan lalui adalah dengan berdiam diri di rumah, dan kalaupun ada keperluan untuk membeli makanan dan juga perlengkapan rumah tangga keseharian, mau tidak mau ada kalanya untuk pergi keluar rumah. Namun tentu harus ikuti SOP selama kalian berada di luar, salah satunya dengan menerapkan social dan physical distancing.

Cari tau dulu yuk, social dan physical distancing itu apa?

Kalo kita udah cari tau mengenai social dan juga physical distancing yang saat ini sudah diterapkan oleh pemerintah dengan apa yang bisa aku mengerti dan semoga penjelasan (tapi lebih ke cerita ini) membantu teman-teman untuk tetap stay safe dan lakukan physical distancing ini ya.

Jadi kalo sebelumnya kita sama-sama tau untuk dilakukannya social distancing dimana jarak berinteraksi antar perseorangan begitu menjadi sebuah concern yang berbeda sebelumnya. Sehingga ketika saat akan keluar rumah, malah aku prefer buat berangkat sendiri, daripada boncengan berdua bareng suami (social dan physical distancing ceunah haha).

Lalu saat sampai di keramaian misal toko atau warung, kalo terlihat ramai dan tidak ada pembatasan dan juga kebijakan batas satu orang dengan orang yang lainnya minimal satu meter, aku memutuskan untuk tidak berada disitu dan memilih ke tempat yang tidak rampai berjubelan seperti itu.

Karena dengan berjarak seperti ini, menghindari kontak penyebaran virus covid-19 yang cukup efektif hingga status kenaikannya menjadi physical distancing, yang mana pengertiannya tidak hanya membatasi jarak saja, tapi sudah tidka ada sama sekali interaksi fisik satu sama lain, baik dari jabatan tangan, berpelukan, cipika cipiki.

Dalam kehidupan rumah tangga baru apa dampak dari Physical Distancing ini?

Over all untuk bahasan kali ini aku prefer kepada pengalaman aku sendiri yang telah merasakan bagaimana dramanya saat hampir pernah menjadi OTG karena teman suami ada yang positif saat rapid test. Artinya, kami berdua memang merencanakan untuk ikhtiar terus memiliki buah hati lalu datang berbagai kebijakan untuk menjaga jarak juga antar keluarga.

Yang mana sesungguhnya bener sih, kita gatau apakah virus ada dalam tubuh salah satu dari keluarga kita di rumah, karena imunitas dari tubuh perseorang itu berbeda. Dan kami sepakati ketika mau berdekatan gitu, ya cukuplah saat akan mau tidur sambil pillow talk dan sehabis itu aku tidur tetap menjaga jarak juga sama suami.

Sedih sih, kalo ada yang mendoakan kami berdua untuk bisa memiliki momongan di masa-masa covid-19 ini wallohualam, semuanya atas kuasanya Allah, baik dari aku dan suami sudah mengusahakan ikhtiar semaksimal yang kita bisa dengan meminimalisir resiko juga, karena pernah sampai isolasi mandiri selama 14 hari itu sih jadi kenang-kenangan yang tidak terlupakan dari masa Covid-19 ini.

Kemarin juga sempat melihat tayangan dari dr. Boyke ini mengenai physical distancing untuk hubungan suami istri itu, dengan berhubungan memang meningkatkan imun tubuh kita berdua, tapi ada baiknya dan memang harus sih untuk mandi terlebih dahulu. Jadi sudah sama-sama yakin kalo kita berdua dalam kondisi yang bersih dan bebas kuman.

Apa saja yang perlu disiapkan selama masa Physical Distancing

Kalo menurut aku sendiri, untuk physical distancing ini juga perlu sebuah persiapan, artinya bukan langsung terjaid gitu aja tanpa sebuah persiapan. Memang tidak sekompleks dari PSBB ya, tapi namanya aku anaknya suka dengan perencanaan dan persiapan gitu, rasanya perlu sih menyiapkan apa saja selama masa physical distancing ini. 

Karena physical distancing ini bukan berarti seperti karantina atau mengisolasi diri ya, disini artinya menimalisir kontak langsung atau interaksi langsung dengan orang-orang di lingkungan luar tanpa adanya proteksi dari diri baik dengan menggunakan masker, jaga jarak sampai tidak bersentuhan dengan orang lain. 

Namun melakukan apa-apa sudah full dari rumah dan membatasi keluarnya itu lho, keluar ke rumah. Disini juga aku jadi berpikir bahwa sekarantinanya kita ini, bukan berarti kita menutup diri dari dunia luar. Kalo boleh dibilang sih, jiwa dan raga kita bisa diakses dalam dunia maya, dan dalam dunia nyata kita memang tidak bisa saling bertemu, gitu kali ya.

Lagi-lagi ini karena manusia itu adalah makhluk sosial, pembatasan dalam sosial distancing ini tidak merubah mereka untuk bisa tetap berinteraksi dan juga melakukan kegiatan kemanusiaan dan juga bersosialisasi namun berbeda dunia, sekarang dunia maya. Udah gitu, apa aja ya yang perlu kita persiapkan, ini sih biar kita gajadi sering keluar, paling ga satu minggu sekali kita keluar untuk menyelesaikan kepentingan urgent.

Biasanya kita akan melakukan persiapan pembelanjaan sembako, tapi tidak untuk ditimbun atau menjadikan panic buying, malah ini merugikan buat orang-orang yang begitu pas-pasan, dia gabisa beli "ngeborong" langsung kan. Juga stock obat-obatan dan multivitamin, karena kita sudah mengenal diri kita, dan apa yang dibutuhkan oleh tubuh kita ini. Dan yang paling utama adalah kuota dari jaringan internet. 

Mengharuskan berkegiatan di rumah aja, banyak para pekerja yang melakukan pekerjaannya dari rumah mulai dengan menggunakan teleconfrence ini yang tidak hemat kuota juga, jadi aku pribadi malah mulai menggunakan WiFi, karena bisa lebih hemat dan juga bisa untuk streaming film hehe.

Plus anjuran buat semua untuk tidak mudik! Pernah aku sampaikan di artikel sebelumnya (kalian bisa baca) aku juga kangen banget sama mamahku yang hampir 2 bulan ini belum ketemu dan papahku yang dijadwalkan cuti tahun ini terpaksa tidak cuti entah sampai kapan. Sedih, tapi ini demi kebaikan bersama, aku juga gamau bawa virus ke rumahku di Karawang, karena siapa ada yang tau kecuali sudah rapid test atau swab test.

Jadi itulah mengenai social distancing dan kini sudah menjadi physical distancing, semoga apa-apa yang sudah dilakukan oleh pemerintah, oleh kita dan masyarakat semua, bisa mengembalikan keadaan menjadi cepat pulih dan normal kembali. Sehat-sehat terus ya kita!

Tidak ada komentar

Posting Komentar